Inilah Penyebab Polisi Kuta Tewas Dibunuh Berdasarkan Hasil Forensik

  18 Agustus 2016 PERISTIWA Denpasar

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

 
Baliberkarya.com - Denpasar. Berdasarkan hasil visum terhadap Aipda I Wayan Sudarsa (53), anggota Polri Polsek Kuta yang ditemukan tewas misterius di Pantai Kuta didepan Hotel Pullman ditemukan adanya 39 titik luka pada tubuh korban. 
 
Dugaan tewasnya korban dari Kesatuan Lalu Lintas Polsek Kuta, Badung, Bali mulai sedikit terkuak dari hasil pemeriksaan Lab Forensik Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, Bali.
 
"Pada jenasah korban ditemukan luka terbuka pada bagian kepala dan wajah. Luka yang paling fatal ada dibagian kepala," Ucap Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah dr Dudut Rustyadi, ketika dihubungi awak media Kamis (18/8/2016). 
 
"Dari gambarannya luka-luka korban tersebut bukan diakibatkan oleh benda tajam tetapi akibat terkena kekerasan benda tumpul," imbuhnya.
 
dr Dudut menjelaskan jika jenasah korban sudah dilakukan pemeriksaan pada pukul 16.00 Wita kemarin. Menurutnya, selain luka terbuka pada kepala juga ada banyak luka memar dan lecet pada bagian sekitar tubuh korban asal Jalan Pasir Putih Gang Ratna, Desa Kelan, Tuban.
 
Untuk proses penyidikan, dr Dudut mengaku pihaknya tidak bisa mempublikasikan waktu kematian korban. "Saya tidak bisa menyampaikan waktu kematian korban. Karena tersangka bisa saja membuat alibi nanti," jelasnya.
 
dr Dudut mengakui pihak kedokteran Forensik RSUP Sanglah hingga kini belum bisa melakukan outopsi pada jenasah korban lantaran belum mendapat izin dari pihak keluarga korban. 
 
"Jenasah korban masih di RS, kemungkinan masih ada proses selanjutnya tergantung permintaan dari pihak penyelidik," ungkapnya.
 
Dilain pihak, ipar korban atau kakak istri korban bernama Ardhana menyatakan jika pihak keluarga tidak mengizinkan untuk dilakukan otopsi pada tubuh jenasah korban. Namun, jenasah korban juga belum bisa dipulangkan ke rumahnya karena di keluarga masih ada upacara adat selama 2 hari. 
 
"Kami tidak mau jenasahnya diotopsi. Biarkan polisi yang mengurus dan mengusut kematian kakak saya. Sementara jenasahnya dititip disini dulu, karena masih ada upacara adat di desa," aku ardhana yang juga anggota itu.
 
Sementara itu, sampai saat ini pihak keluarga korban masih belum percaya kalau, polisi kelahiran Badung tahun 1963 ini kehilangan nyawanya disaat sedang menjalankan tugas patroli malam.(BB)