Tak Terdaftar Penerima Raskin

Ya Tuhan! Derita KK Miskin di Jembrana Alami Patah Kaki, Suami Meninggal Mertua Buta

  08 Oktober 2018 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Penderitaan yang dialami Ni Luh Narti (42) dari Dusun Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana amat berat dan sangat memprihatinkan.
 
 
Pasca kecelakaan yang dialaminya di Jalan Desa Munduk Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng 20 Agustus 2018 lalu, kaki kanannya patah. Yang lebih memprihatinkan suaminya Gede Sumada meninggal di tempat saat kecelakaan nahas itu. 
 
Narti didampingi mertuanya yang mengalami buta Nyoman Weden (Pekak Sordi) dan Ketut Luwih, Senin (8/10) mengatakan sejak beberapa tahun lalu suaminya bekerja di kebun milik bosnya sebagai pemetik cengkeh di Dusun Lebah Tapong Desa Munduk Kecamatan Seririt, Buleleng.
 
Setiap 10 hari sekali mereka pulang ke Sarikuning menengok orang tua dan anak. Sementara di Buleleng mereka tinggal di bedeng di tanah milik bos cengkeh.
 
 
Suaminya mendapatkan penghasilan Rp 5000 per kg itu juga jika memetik cengkeh, dengan sistem borongan.
 
Pada kejadian nahas itu Luh Narti membantu suaminya ke kebun dan ketika mereka pulang dari kebun menuju bedeng, suaminya naik motor dan dia boncengan. Tiba-tiba ada mobil boks datang dan menabrak mereka di jalan. 
 
 
"Suami saya meninggal di tempat dan saya tidak ingat apa-apa lagi dan kaki saya patah," cerita Narti sambil menangis sesenggukan, Senin (8/10/2018).
 
Pasca kecelakaan dan kematian suaminya, kehidupan Narti sungguh merana. Selain tidak bisa berjalan karena kaki kanannya patah mereka juga kehilangan tulang punggung keluarga. 
 
 
Kehidupan mereka kini susah. Apalagi mertua lelakinya Nyoman Weden sudah sejak lama sakit dan buta.
 
Sementara mertuanya yang perempuan Ketut Luwih juga sakit-sakitan. Dia memiliki anak pertama perempuan sudah menikah dan kehidupannya juga biasa saja. Sedangkan anaknya yang kedua lelaki I Made Dwi Santikayasa (16) masih sekolah.
 
Kini untuk membeli beras saja susah karena tidak mendapatkan bantuan beras dari pemerintah. Sebelum mendapat bantuan bedah rumah, dia rutin mendapat bantuan beras miskin. Namun setelah mendapat bedah rumah sudah tidak pernah dapat bantuan raskin.
 
Kini tidak ada lagi yang menghasilkan dalam keluarga tersebut sehingga mengandalkan belas kasihan kerabat. Sebenarnya mereka malu meminta dari tetangga secara terus menerus. Namun mau apa lagi, mereka ingin bertahan hidup dan tidak kuasa melakukan apa-apa.
 
 
 
Mereka juga tidak memiliki tanah kebun dan hanya halaman rumah yang tidak seberapa luas. Bahkan kamar mandi juga darurat terbuat dari plastik compang camping dan drum bekas. Dapurnya dari bedek serta kamar yang ditempati mertuanya Nyoman Weden juga bedek di sebelah rumah bedah. 
 
"Kami sebenarnya menumpang sama mertua di rumah bedah ini. Suami saya laki satu-satunya dan saudara perempuannya sudah menikah semua. Jadi kami tidak punya rumah," tandasnya.
 
Nyoman Weden yang alami buta dan seluruh badannya seperti kudisan karena gatal-gatal mengaku lebih nyaman tidur di luar rumah bedah. 
 
 
Ni Luh Narti berharap  bisa sembuh dan mandiri sehingga bisa bekerja untuk menghidupi anak dan mertuanya.
 
 "Untuk sementara kami mohon bantuan jika ada bantuan beras atau bantuan lainnya," harapnya.
 
Sementara itu Kelian Dusun Sarikuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya Ni Made Ayu Suarningsih yang dikonfirmasi membenarkan kalau keluarga Nyoman Weden/pekak Sordi masuk dalam KK miskin dan sudah mendapatkan bedah rumah. Dia juga membenarkan keluarga tersebut tidak terdaftar sebagai penerima raskin/rastra.(BB)