Romi Purwanto, Hidup dari Melukis untuk Menopang Keluarga di Tengah Pandemi Covid-19

  23 Februari 2021 EKONOMI Jembrana

FOTO: Romi Purwanto  sedang mengerjakan pesanan lukisan dari BPTU-HPT Denpasar. Senin (22/2/2021).

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya, Jembrana - Semangat dan kegigihan Romi Purwanto (41) telah membangkitkan inspirasi bagi banyak orang. Sikap sederhana yang dimiliki tergambar jelas dibalik rumah mungil. Karya lukisnya yang pernah dikirim ke luar negeri tak lantas membuatnya berbangga hati. Menopang keluarga itulah yang utama buatnya.

Sosok pelukis satu - satunya di Desa Pulukan, Pekutatan, Jembrana, mengalami keterbatasan fisik yang dideritanya sejak lahir. Lumpuh di kedua kakinya hanya sanggup dibantu tongkat untuk menunjang mobilitasnya. 

Kini ia sebagai penggiat seni telah dapat mengetahui cara-cara jitu menaklukkan cat lukis, mengenali karakter lukisan, mempelajari teknik melukis, hingga memperhatikan betul karakter alat dan bahan.

Seni lukis yang digelutinya sejak 2002 merupakan aliran realisme, ia berusaha menampilkan karya lukis berupa obyek lukis dalam kehidupan sehari - hari, seperti bentuk pemandangan, flora, fauna, manusia, lingkungan dan bahkan kini merambah pada mural, menggambar dalam media dinding.

Sebagai seorang seniman di bidang lukis, ia pun mengalami pasang - surut. Pandemi Covid-19 membuat pendapatannya menurun hingga 70 persen. Penurunan itu imbas dari situasi pandemi yang berdampak terhadap angka kunjungan wisatawan asing ke Bali.

"Sebelum pandemi Covid-19 melanda, lukisan saya dipasarkan ke villa, ada juga dibawa keluar negeri seperti Australia dan Rusia, namun sekarang hanya mengandalkan orang lokal saja," tutur Romi di rumahnya, Senin (22/2/2021) sembari merampungkan pesanan lukisan dari Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Denpasar.

Pesanan yang ia terima kebanyakan dibawa oleh  pemandu wisata (guide) yang sudah terjalin sejak lama, mereka berasal dari Sukawati, Pecatu, dan Kuta, dan telah menjadi hubungan yang baik hingga sekarang.

Saat ini hasil penjualan lukisan tersebut cukup untuk kehidupan sehari-hari, serta ikut berperan menopang biaya kehidupan keluarga besarnya yang tinggal menetap satu rumah, mereka terdiri dari kedua orangtua, anak serta keponakannya. 

"Mereka ini semua terdampak pandemi, saya selaku kakaknya harus bisa membantu sebisa mungkin," tutur bapak dua anak ini.

Saat ini lukisan yang ia garap kebanyakan datang dari pesanan lokal. Harga lukisan tersebut bergantung dari  kualitas bahan, baik kanvas maupun cat lukis. Ia menjual lukisan tersebut dari kisaran Rp200.000 - Rp3000.000. "Tingkat kerumitannya pun berbeda setiap karakteristik lukisan," imbuhnya. Ia menambahkan lukisan yang digarap bisa rampung diantara 1-2 Minggu.

Ia berharap kedepannya kepada pemerintah bisa mendorong khususnya kaum sejawatnya yang bergerak dalam bidang seni rupa agar terus bisa berkarya dan produktif melalui program binaan khusus terhadap penyandang disabilitas.

"Saya harap bisa memperhatikan potensi orang-orang yang ikut berperan serta mengangkat nama desa khusunya di Jembrana lewat media seni rupa," tambah Romi yang juga bercita - cita membuat galeri mini untuk memamerkan hasil lukisannya nanti. (BB)