Role Model Pertanian Modern, Gus Adhi Gandeng BPTP Bali Siap Jadikan Subak Sidayu 'Pilot Project' Klaster Pertanian Terintegrasi Koperasi Tani

  04 November 2021 OPINI Buleleng

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Buleleng. Untuk membangun pertanian dengan pendekatan kebersamaan dan gotong royong serta mampu meraih hasil lebih optimal berbasis komoditas unggulan dan hasil pertanian berkualitas, Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali, Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang akrab disapa Gus Adhi terus mendorong adanya klasterisasi pertanian. 

Salah satu subak yang siap dikembangkan untuk menjadi klaster pertanian padi termasuk di dalamnya padi khusus dan spesifik lokasi adalah Subak Sidayu, Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Subak seluas 67,5 hektar ini nantinya akan dibagi menjadi beberapa kluster dan pengembangannya juga didukung dengan koperasi tani sehingga pembangunan pertanian di kawasan ini terintegrasi dari hulu ke hilir dengan pendampingan berkelanjutan dari Gus Adhi menggandeng BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Bali.

“Melihat potensi yang ada, Subak Sidayu akan menjadi pilot project klaster pertanian dengan pendampingan BPTP Bali. Ini upaya kita untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” kata Gus Adhi di sela-sela menyerahkan bantuan traktor untuk Kelompok Karya Tani Mandiri dan Kelompok Tani Suka Subur, Lingkungan Sidayu, Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. 

Gus Adhi yang sebelumnya Anggota DPR RI Komisi IV yang membidangi pertanian, kelautan, kehutanan dan lingkungan hidup ini  menjelaskan klasterisasi pertanian adalah pengelompokan areal pertanian dimana di klaster ini petani melakukan kegiatan pertanian secara bersama-sama seperti menyiapkan dan mengolah lahan, menanam, hingga panen bersama-sama. Pengembangan usaha pertanian melalui klaster pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan meningkatkan skala ekonomi serta meningkatkan pendapatan petani.

“Kegiatan dalam kluster pertanian diharapkan dapat menekan biaya pertanian dan juga mempermudah sistem pemeliharaan hingga pemasarannya,” terang Gus Adhi yang kini duduk sebagai Anggota Komisi II DPR RI. 

Gus Adhi yang dikenal wakil rakyat dengan spirit perjuangan “Amanah, Merakyat, Peduli” (AMP) dan “Kita Tidak Sedarah Tapi Kita Searah" ini mengungkapkan kluster pertanian sejalan dengan budaya dan karakter masyarakat Indonesia yakni gotong royong serta merupakan implementasi nyata Pancasila khususunya sila ketiga (Persatuan Indonesia) dan sila kelima (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia). 

“Dengan klaster pertanian kita bangkitkan spirit gotong royong di subak, tempekan, kelompok tani sebagai wujud nyata kita mengimpelementasikan nilai Pancasila. Gotong royong ini untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, saling menyayangi dan lainnya,” terang Gus Adhi yang juga Ketua Depinas SOKSI ini.

Langkah awal untuk memujudkan klaster pertanian di Subak Sidayu Buleleng ini, Gus Adhi menggandeng BPTP Bali akan mengecek kondisi tanah di subak ini. Jika memang kondisi tanah sesuai, maka akan ditanam padi khusus yang punya nilai ekonomi lebih tinggi seperti yang sudah dibuatkan demplot di Subak Baluk, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana dengan menanam padi yang menghasilkan beras hitam dan beras merah kaya nutrisi dan bagus untuk kesehatan serta nilai jualnya lebih tinggi. 

Hal itu kata Gus Adhi diharapkan bisa membatu petani menghasilkan “beras tridatu” yakni beras tiga warna dalam satu kemasan yakni beras putih, beras merah dan beras hitam.

“Kita cari dulu kesepakatan petani, lalu buatkan perjanjiannya seperti apa sehingga ketika sudah ada kesamaan pandangan kita akan mencapai semangat bersama, rasa memiliki yang tinggi. Mudah-mudahan juga klasterisasi petanian di Subak Sidayu ini bisa menjadi role model untuk pertanian modern,”  harap Gus Adhi.

Klaster pertanian ini juga untuk menjawab persoalan petani gurem (petani yang hanya menggarap lahan pertanian sempit, kurang dari 50 are ) yang selama ini tentu kesejahteraannya jauh dari harapnya. Dengan adanya klaster pertanian dimana ada pengelolan lahan pertanian dalam jumlah lebih luas secara bersama-sama ini tentu ada harapan besar para petani gurem bisa meningkatkan pendapatannya.

“Kalau petani hanya menggarap lahan kurang dari 40 are tentu akan susah mencapai kesejahteraan. Maka klaster pertanian ini diperlukan minimal luasnya 1 hektar,” terang Gus Adhi yang juga Ketua Depidar SOKSI Provinsi Bali ini. 

Lebih jauh Gus Adhi menjelaskan efisiensi yang bisa didapat dari adanya klasterisasi pertanian ini sebab petani yang tergabung di dalamnya bisa secara bersama-sama memanfaatkan dan mengoptimalkan sumber daya pertanian yang ada baik dari sisi lahan pertanian, sarana prasarana pertanian seperti pupuk, obak-obatan, hingga alsintan (alat mesin pertanian).

“Biaya bisa ditekan sementara produktivitas bisa ditingkatkan. Jadi tentu ada peningkatan pendapatan yang harapannya meningkatkan kesejahteraan petani,” jelasnya. 

Terlebih lagi jika klaster pertanian ini bisa terpadu atau terintegrasi dengan koperasi pertanian sebagaimana juga yang menjadi harapan di Subak Sidayu ini. Jadi produk atau hasil pertanian bisa dipasarkan secara bersama-sama dan yang lebih penting lagi harus ada jaminan kepastian pasar dan jaminan harga yang tidak anjlok saat panen raya serta tidak dimainkan para tengkulak nakal dan mafia pangan.

“Dua konsep yakni klasterisasi pertanian dan koperasi tani akan kita wujudkan di Subak Sidayu dan harapannya ada dukungan juga dari pemerintah dan multi stakeholder,” tutup politisi Golkar asal Kerobokan, Badung ini.(BB).