Pasca Gempa 5,8 SR, BPBD Lakukan 'Trauma Healing' di SDN I Ungasan

  20 Juli 2019 SOSIAL & BUDAYA Denpasar

Istimewa for Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Sehari setelah gempa 5.8 SR, saya sudah meminta kepada Tim BPBD (Provinsi Bali dan Kabupaten Badung) untuk melakukan assessment dan koordinasi dengan pihak sekolah untuk pelaksanaan trauma healing pemulihan pasca bencana.
 
 
“Baru saja saya mendapat laporan dari Tim BPBD yang ada di lapangan bahwa sedang berlangsung kegiatan trauma healing,” papar Kalaksa BPBD Bali I Made Rentin (Sabtu 20/7).
 
Lima hari pasca gempa baru dapat dilaksanakan kegiatan ini, mengingat beberapa hari ini sekolah dan anak-anak diliburkan, karena siswa/siswi mengalami ketakutan dan trauma saat gempa tiba-tiba menggoncang.
 
Hadir beberapa orang narasumber, diantaranya I Wayan Netra Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Badung, Mustikawati (Kabid PUG dan Keluarga) pada Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kab. Badung, Tim P2TP2A, Tim PUSPAGA (Pusat Pembelajaran Keluarga) Kabupaten Badung, dan dari unsur PUSPA (Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak) Kab. Badung.
 
 
 
Trauma healing yang berlokasi di SDN 1 Ungasan itu, menghadirkan siswa sebanyak 230 orang, dan unsur guru sebanyak 24 orang. Kepala Sekolah SDN 1 Ungasan, Ni Made Asri menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pihak BPBD dan Tim yang telah melakukan kegiatan ini. 
 
“Kegiatan ini sangat  membantu siswa kami dan termasuk kami para guru, menghilangkan trauma akibat gempa, dan saya berharap BPBD dapat memberikan sosialisasi dan simulasi terkait bencana gempa bumi secara berkelanjutan, agar siswa  memiliki pengetahuan tentang cara evakuasi bila terjadi bencana,” Made Asri berharap.
 
Menanggapi hal tersebut, Kalaksa BPBD Bali menyampaikan apresiasi kepada Tim Gabungan BPBD Kabupaten Badung, yang telah bergerak cepat dan tepat hadir di tengah masyarakat melakukan pendampingan sebagai upaya pemulihan psikis pasca gempa 16 Juli yang lalu. Sesungguhnya seminggu sebelum gempa terjadi, BPBD Provinsi Bali sudah mengeluarkan himbauan “pendidikan tangguh bencana” yang secara khusus ditujukan kepada lembaga pendidikan baik perguruan tinggi maupun sekolah (TK, SD, SMP, SMA/SMK). Himbauan ini dikeluarkan karena momentum mahasiswa/siswa baru yang melaksanakan MPLS/MOS, sehingga didalam pembekalan agar diisi dengan materi penanggulangan bencana. 
 
 
 
“Kami minta dilakukan dua hal yaitu sosialisasi dan simulasi,” tegas Made Rentin. Saat tahun ajaran baru ini, adalah momentum yang tepat untuk memberikan pengetahuan kesiap-siagaan baik kepada mahasiswa baru di kampus maupun bagi siswa/siswi peserta didik baru di sekolah. BPBD juga bekerja sama dengan pihak universitas yang mahasiswanya sedang melakukan KKN di hampir seluruh desa yang ada di Bali. 
 
“Saat pembekalan Mahasiswa KKN Unud, saya mengisi materi dan kami sepakat bahwa agenda KKN ditambahkan materi sosialisasi penanggulangan bencana dan lanjut simulasi evakuasi bencana, dengan sasaran masyarakat desa di lokasi KKN,” pungkas Rentin. 
 
BPBD Provinsi Bali bersama BPBD Kabupaten/Kota se-Bali, 2 minggu terakhir ini memang dipadatkan dengan permintaan pihak sekolah yang sedang melakukan MPLS, untuk mengisi materi kesiap-siagaan kemudian dilatih untuk simulasi evakuasi bencana.(BB)