Kisah Derita Warga Miskin di Jembraba

Kasihan! Lumpuh Total Jatuh dari Pohon, Made Merta Berharap Anaknya Sukses

  28 April 2019 SOSIAL & BUDAYA Jembrana

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Terbaring lemas tak berdaya beralas kasur usang dan sprai lusuh. Pandangannya sayu keatas seolah menghitung atap rumah yang sudah mulai banyak bocor. Sekali-kali tangannya digerakan dan bibirnya berucap parau meminta sesuatu kepada anaknya berharap segera diambilkan.
 
 
Itulah gambaran yang sangat memprihatinkan yang dialami oleh Made Merta (50), duda tiga anak dari Banjar Bungbungan, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana. Tak kuasa melihat penderitaannya. Banyak tetangga meneteskan air mata manakala berkunjung ke rumah warga miskin ini untuk sekedar membawakan makanan.
 
Penderitaan warga miskin ini dimulai sejak istrinya meninggal karena sakit saat anak ketiganya masih kecil. Sepeninggal istrinya, Made Merta selain menjadi kepala keluarga dan tulang punggung bagi ketiga anaknya, dia juga berperan sebagai ibu untuk ketiga anaknya.
 
Sepeninggal istrinya, dia bekerja sebagai buruh panjat kelapa dan petani. Tuntutan ekonomi membuat membuat Made Merta senantiasa semangat dalam bekerja. Tidak ada waktu bersantai baginya, dipikirannya hanya mengumpulkan rupiah untuk makan dirinya dan anak-anaknya serta berharap bisa terkumpul rezeki buat kesusesan anaknya. Sungguh mulia cita-citanya.
 
 
Namun Tuhan berkehendak lain. Ujian berat diberikan kepadanya. Musibah kembali menimpanya, saat memanjat pohon dan akan memetik cengkeh tiba-tiba Merta tidak sadarkan diri diatas pohon. Diduga saat itu dia kelelahan. Sehingga dia terjatuh, peristiwa tersebut dialaminya pada 7 Agustus 2018 lalu. 
 
 
Akibat kejadian tersebut Merta mengalami patah pada tulang ekor dan membuat dia lumpuh. Bahkan buang air kecil harus menggunakan selang. Awalnya Merta dan tiga anaknya tinggal di rumah bedah rumah, bantuan yang diterimanya dari pemerintah.
 
Namun beberapa bulan lalu anak pertamanya yang merawatnya menikah sehingga tidak ada lagi yang merawatnya. Sehingga atas kesepakatan keluarga Merta dipindah ke rumah adiknya yang ada di barat jalan dan lokasinya di bawah. 
 
Untuk mencapai rumah Ketut Suwentra adik Made Merta harus melalui jalan rabat beton kecil yang terjal atau curam dan licin. Kini Merta dirawat oleh adiknya Ketut Suwentra dan iparnya Murniasih. Kehidupan adiknya juga sama dengan dirinya tidak mampu dan kekurangan. 
 
 
 
Rumah yang kini ditempati mereka juga sangat sederhana, bahkan ada ruangan dari bedek yang kini ditempati adiknya dan istrinya. Adiknya bekerja sebagai buruh dan iparnya sehari-hari membuat jejahitan. Perekonomian keluarga ini benar-benar lumpuh. 
 
"Bersyukur anak-anak saya masih bisa sekolah keduanya. Adik dan ipar saya sangat baik merawat saya. Bahkan sebelumnya saya di rumah bedah tidak bisa bangun namun sejak di rumah adik serta kadang theraphy saya sudah mulai bisa duduk sebentar," kata Merta, Minggu (28/4) siang.
 
Untuk bisa theraphy dan keluar dari rumah dengan medan terjal dan curam itu, Merta kerap digendong adiknya atau naik motor dengan resiko cukup tinggi karena tanjakannya sangat terjang.
 
 
Merta mengaku mendapat bantuan PKH dan kelian Banjar Bungbungan yang mengurusnya. "Bersyukur saya masih bisa hidup dan makan. Saya sudah merepotkan banyak orang. Mudah-mudahan saya bisa sembuh," harapnya. 
 
 
Namun hingga saat ini Merta belum bisa lepas dari selang saat buang air kecil. Karena perutnya ada masalah pasca  jatuh.
 
Merta mengatakan saat ini tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa berdoa agar keluarga yang merawatnya selalu sehat dan mendapatkan rezeki. Serta anak-anaknya yang keduanya masih SD bisa terus melanjutkan sekolah. 
 
Sementara itu Kelian Banjar Bungbungan, Desa Yehembang, Ketut Sutama yang dikonfirmasi membenarkan Made Merta merupakan warganya yang masuk dalam daftar KK miskin buku merah. Menurutnya, Merta telah mendapatkan bantuan PKH.(BB)