(Pengusaha Periklanan Diminta Punya Etika Bisnis)

Jika Baliho Grab Tidak Turun, Transport Lokal Akan Turunkan Massa "Super Kabeh"

  19 Januari 2017 PERISTIWA Badung

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Badung. Ngototnya pemasangan baliho ataupun reklama aplikasi angkutan online yang operasionalnya masih berpolemik di Bali mengundang reaksi keras dari aliansi dan gabungan organisasi transport lokal di Bali.

Mereka meminta seluruh baliho aplikasi angkutan online seperti reklama Grab di seputaran Airport Ngurah Rai, Tuban segera diturunkan. Jika nanti aspirasi itu tidak didengar, mereka mengancam akan kembali merapatkan barisan untuk aksi unjuk rasa "super kabeh" dengan menurunkan massa dari anggota transport lokal dengan jumlah yang jauh lebih besar lagi.

BACA JUGA : Tolak Angkutan Online, Aliansi Transport Lokal Kembali Bergejolak Akan Turunkan Massa "Super Kabeh"

Menurut mereka Pengda P3I Bali selaku wadah yang menaungi para pengusaha periklanan di Bali, mestinya bisa menghormati kearifan lokal yang ada di Bali. Pasalnya, jika berbisnis disamping tujuannya mencari untung, juga harus menjaga psikologis masyarakat, terutama masyarakat yang menolak kehadiran produk yang diiklankan.

Baginya, P3I harusnya lebih peka dengan kondisi riil masyarakat Bali dimana produk Grab dan Uber ini adalah produk yang mengundang kontroversi serta berpotensi memecah belah persatuan dan kerukunan masyarakat di Bali.

"Masak selang sehari demo para sopir konvensional menolak baliho iklan Grab dan Uber, P3I sudah mau menerima pemasangan iklan Grab. Dimana empati dan perasaan anda sebagai pengusaha?," tanya Ketua Sapta Pesona Transport Bandara Ngurah Rai, I Ketut Sukarta kepada awak media, Kamis (19/1/2017).

Meski belum ada aturan yang melarang pemasangan iklan Grab dan Uber mestinya pengusaha periklanan tidak tutup mata dengan gejolak yang selama bertahun-tahun terjadi di tengah masyarakat yang menolak keberadaan Grab dan Uber. Jadinya hal ini dianggap semata-mata tidak adanya etika bisnis dan rasa empati dan mau menyelami perasaan transport lokal selaku sopir konvensional.

BACA JUGA : Redam Polemik, Pemprov Bali Diharapkan Segera Buat Surat Larangan Iklan Angkutan Online

"Kami mengetuk hati anda selaku pengusaha periklanan, bahwa produk yang anda iklankan itu adalah produk yang kontroversial dan berpotensi memecah belah kerukunan masyarakat Bali. Kami yakin masih banyak produk yang patut diiklankan tanpa mengandung kontroversi," tegasnya.

Jika pengusaha periklanan yang memasang baliho Grab di seputaran Bandara Ngurah Rai tidak segera menurunkan, pihaknya mengaku akan segera merapatkan barisan untuk meminta ketegasan pemerintah pusat dan daerah melarang iklan ataupun baliho angkutan online di Bali, termasuk menuntut pemerintah untuk segera memblokir aplikasi angkutan online di wilayah regional Bali.

"Tentu kami akan segera rembuk untuk meminta pemerintah daerah agar segera mengeluarkan surat edaran tentang pelarangan pemasangan iklan Grab dan Uber," katanya.

Pihaknya selaku salah satu asosiasi dan organisasi transport lokal di Bali juga siap menurunkan massa lebih besar lagi. Jika perlu seluruh anggota akan mogok kerja untuk turun super kabeh menutup akses bandara, agar aspirasinya didengar oleh pemerintah pusat dan daerah.

"Sangat-sangat setuju (turun super kabeh). Ini bentuk nilai tawar kita kepada pemerintah. Kalau pemerintah selama ini selalu menawar dan mengulur waktu tentang keputusan taksi online, kita pun sebagai sopir taksi konvensional berhak menawar. Bentuk penawaran kita ya, akses ke bandara kita lewati. Meminjam istilah Pak Koster, mau head to head, mau tiga puteran, pokoknya asah udeg. Kita juga siap melakukan penawaran," tandasnya.

BACA JUGA : Baliho Grab Kembali Terpasang, Transport Lokal Bandara Ngurah Rai Memanas

Sebagaimana diketahui, aliansi gabungan asosiasi dan organisasi transport lokal se-Bali kembali bergejolak setelah sejumlah titik reklama ataupun baliho di sekitar kawasan tuban dan Bandara Ngurah Rai menaikan dan memasang iklan aplikasi angkutan online berbasis Grab.

Padahal baru lewat sehari aliansi menggelar aksi "turun kabeh" di sekitar akses masuk bandara, namun kembali diijinkan memajang baliho iklan angkutan online. Menurut salah satu perwakilan aliansi transport lokal, ada sejumlah oknum yang membackingi angkutan online, sehingga berani membangkang dengan aturan yang diberikan pemerintah pusat maupun daerah.(BB).