JAMPASNAS V Soroti Kurangnya Tenaga Guru Agama Hindu

  02 Juli 2019 SOSIAL & BUDAYA Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Jambore Pasraman Tingkat Nasional (Jampasnas) V yang digelar di Hotel Aston, Denpasar dari 1 Juli hingga 7 Juli 2019 mendatang menyoroti kurangnya tenaga terdidik khususnya guru agama Hindu.
 
 
Sekretaris Ditjen Bimas Hindu I Made Sutresna S.Ag., MA., mengungkapkan saat ini jumlah tenaga terdidik atau guru agama Hindu di Indonesia sangat kurang. Saat ini menurutnya Indonesia baru memiliki jumlah guru agama Hindu yang diangkat menjadi PNS sekitar 3000 orang. Idealnya 
sekitar 5 ribu guru agama Hindu yang dibutuhkan saat ini.
 
"Didalam Jambore ini kan ada kegiatan sarasehan itu setiap perwakilan seluruh provinsi mengemukakan problem-problem keagamaannya (masalah) seperti problem kekurangan guru, data guru, masalah lain tentang kependidikan dan umum itu dikemukakan dalam forum sarasehan sehingga kita mengetahui informasi dari institusi provinsi," ungkapnya disela-sela jumpa wartawan Selasa (2/7).
 
Karena itu, lanjutnya, kalau ditanya berapa kurangnya ? Untuk menghitungnya pihaknya hanya bisa menyebut dengan sejenis estimasi. 
 
 
 
"Kami bisa bilang kalau pemerintah bisa mengangkat barang 5 ribu aja kita sudah terbantu, paling tidak walaupun berat guru-guru kita bisa melaksanakan pendidikan secara maksimal. Ini karena kondisi umat Hindu yang tidak pada satu tempat," urainya.
 
Ditambahkan Sekretaris Panitia Jambore Pasraman Nasional ke-V sekaligus Kasubdit Pendidikan Dasar Dirjen Bimas Hindu, I Made Santika S.Sos., M.si., bahwa memang kondisi saat ini jumlah umat Hindu tidak merata di setiap pulau yang ada di Indonesia, namun berkelompok pada satu tempat. 
 
Ket foto :  Sekretaris Panitia Jambore Pasraman Nasional ke-V sekaligus Kasubdit Pendidikan Dasar Dirjen Bimas Hindu, I Made Santika S.Sos., M.si., 
 
 
"Misalnya di Jawa Timur kelompok disini ada sedikit, kelompok disini ada sedikit-sedikit sehingga dia masuk ke sekolah umum itu kan gak genap misalnya 10 orang, ada 20 orang, jadi kalau ada anak dua tiga kalau diangkat guru satu itu kan tidak efisien jadi ada kendala teknis seperti itu. Memang pengangkatan guru itu ada syaratnya, berapa harus mengangkat guru, disamping juga hal ini disiasati dengan memberi wewenang kepada daerah untuk mengangkat gurunya tidak di pusat," terangnya.
 
Karena itu pihaknya membentuk kelompok di daerah atau di pelosok-pelosok yang ada di Indonesia melalui pasraman. "Jadi kami teknisnya seperti itulah akhirnya terbentuk pasraman atau tempat pembelajaran, nah dengan jambore pasraman kali ini diharapkan kekurangan guru agama Hindu yang di luar Bali bisa terpenuhi," harapnya.(BB)