Disebut Ganjil, Ida Pedanda Muput Tanpa Gunakan 'Bajra'

  08 April 2018 OPINI Jembrana

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Lebar atau meninggalnya sulinggih, Ida Pedanda Gede Oka Sidanta (60) dari Grya Taman Sari Megati, Banjar Tibusambi, Desa Yehembang Kangin, Kecamatan Mendoyo, Jembrana akibat tertimpa cabang pohon Pule, Sabtu (7/4) pagi, ternyata banyak  warga yang menghubung-hubungkan dengan hal mistis.
 
 
Selain disebutkan kejadian tersebut lantaran pohon Pule yang akan diambil gempongnya untuk tapakan (topeng) Barong terkenal angker dan dihuni oleh 105 wong samar yang tidak mau rumahnya diganggu atau diusik, juga karena Ida Pedanda Gede Oka Sidanta (korban) lupa membawa Bajra atau genta saat muput (mimpin) upacara ritual tersebut.
 
 
“Pohon Pule itu angker katanya dihuni 105 wong samar. Katanya wong samar itu marah karena rumahnya diganggu. Lagi pula Ida Pedanda lupa bawa Bajra (genta) saat muput,” ujar salah seorang warga Banjar Kedisan, Desa Yehembang Kauh, Minggu (8/4/2018).
 
Padahal menurutnya, prosesi upacara yang dilakukan sebelum pemotongan gempong pohon Pule yang akan digunakan untuk topeng atau tapel atau tapakan Barong tergolong sakral atau pinggit yang memerlukan Bajra untuk pengiring doa.
 
 
 
“Kemungkinan karena tidak membawa Bajra dalam muput upakara itulah yang menimbulkan petaka. Tapi kami tidak berani memastikan karena kami tidak mengerti dengan masalah upakara seperti ini,” imbuh warga lainnya.
 
Terkait hal tersebut, Bendesa Pakraman Munduk Angrek Kaja I Made Subagia dikonfirmasi Minggu (8/4) membenarkan saat Ida Pedanda (korban) muput atau memimpin ritual upacara tidak menggunakan Bajra.
 
Namun dirinya tidak mengetahui apakah korban memang sengaja tidak membawa Bajra (genta) karena tingkat upakara atau bantennya atau memang korban kelupaan membawa Bajra. Yang jelas pada saat itu korban memang benar tidak membawa Bajra.
 
 
“Saya juga tidak berani menyimpulkan apakah karena beliau tidak menggunakan Bajra saat muput menjadi penyebab petaka atau karena hal lain. Soalnya saya sama sekali tidak mengerti masalah itu,” ujarnya.
 
Terkait dengan pelebon (upacara kremasi) korban, Subagia mengaku belum mengetahui kapan rencana upacara pelebonan tersebut. Yang jelas hari ini akan dilaksanakan rapat atau paruman di Grya untuk membahas terkait rencana pelebon korban.
 
 
 
“Sekarang saya juga akan tangkil ke Grya untuk mencari kabar kapan pelebonan korban dan prosesi upacara lainnya,” tutupnya.
 
Sementara itu dikonfirmasi terpisah Perbekel Yehembang Kangin Gede Suardika mengatakan, setelah korban diperiksa oleh tim medis di RSUD Negara, korban informasinya langsung dibawa ke rumah duka (Grya).
 
Namun pihaknya mengaku belum mengetahui kapan dilaksanakan prosesi pelebon korban karena informasi yang diterimanya pihak Grya masih akan rapat atau parum untuk membahas pelaksanaan prosesi pelebon korban, termasuk mencari hari baik.(BB)