Lahannya Masih Terbuka Dibeli atau Disewa

Dirugikan 'Bali Peace Park', Pemilik Lahan Eks Sari Club “Bom Bali” Akan Bangun Resto La

  29 April 2019 OPINI Badung

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Pemilik lahan bekas Sari Club “Bom Bali” menyesalkan pihak Bali Peace Park Association (BPPA) sudah merilis desain Bali Peace Park tanpa berkomunikasi lebih dulu dengan pemilik tanah. Parahnya, pihak BPPA tanpa persetujuan dan tidak minta ijin pemilik lahan namun justru sudah membangun desain Bali Peace Park yang sudah dishare di web dan bisa diakses secara online tersebut.
 
 
Atas hal tersebut, Lyla Tania selaku pemilik lahan penuh history itu merasa dirugikan oleh Bali Peace Park Association (BPPA) yang dinilai keterlaluan. Menurutnya, pihak keluarga sendiri mengaku tak pernah berkomunikasi langsung soal tanah tersebut dengan pihak pemerintah Australia, melainkan Bali Peace Park Association (BPPA). 
 
"Pihak BPPA (Bali Peace Park Association) sudah mendahului kita. Dia sudah membangun Bali Peace Park yang sudah dishare di web dan mereka sudah mendesain sementara ownernya belum ada desain. Ini jelas merugikan kita sebagai pemilik lahan," kata pemilik tanah bekas Sari Club “Bom Bali”, Lyla Tania, didampingi juru bicaranya Rini Sekartiani Djaya dan Head Operation Bambang Adi di Kuta, Badung, Senin (29/4/2019).
 
Tania juga merasa terganggu dengan intervensi sejumlah pihak terkait rencana pembangunan restoran dilahannya sendiri yakni di eks TKP Bom Bali 2002 itu. Menurut Tania, lokasi yang dipersoalkan itu hingga saat ini belum ada pembelinya. 
 
Ket Foto: Pemilik tanah bekas Sari Club Bom Bali, Lyla Tania
 
 
"Kita punya tanah belum ada pembeli, tapi sudah dipublish sekian tahun sekarang giliran kita mau membangun kita diintervensi pihak BPPA jangan membangun. Terus kapasitasnya mereka itu sebagai apa, memang sebagai korban, kita keluarga juga ada korban," ungkapnya. 
 
Sebagai pemilik tanah, Tania ingin mengelola tanah miliknya tersebut. Sebagai pemilik lahan eks Sari Club yang pada Oktober 2002 menjadi korban Bom Bali, Lyla Tania mengaku akan segera membangun lahan seluas 15 are miliknya itu.
 
"Tanah kami ini sejak bom Bali sampai sekarang tak mendatangkan hasil. Karena itu akan segera kami bangun restoran. Izinnya juga sudah ada. Tanah kami itu lama tak menghasilkan dan dijadikan tempat parkir liar, sementara pajaknya tetap ia yang bayar," jelas Tania.
 
Tania merasa perlu menyampaikan hal itu mengingat ada pihak lain yang mengambil keuntungan dari lahan miliknya itu. Ia juga mengakui ada pihak yang tak setuju kalau lahan itu ia bangun. Menurutnya, di lahan itu, ia berencana akan membangun resto yang peletakan batu pertamanya direncanakan pada 1 Mei 2019, sedangkan pembangunannya pada 9 Mei mendatang. 
 
 
"Itu tanah milik kami, hak kami, mau kami jual terserah, mau kami sewakan terserah. Apalagi berselang waktu lama kami tidak punya penghasilan selama 17 tahun dan pihak keluarga pun tidak dapat hasil apapun. Sekian lama keluarga besar terpuruk," tutur Tania.
 
 
"IMB-nya sudah keluar pada Desember 2018 lalu. Kami siap, apa mau disewa, dibeli atau kerja sama. Selama dari pihak BPPA tidak membeli, yang kami tawarkan kalau mau membeli ya belilah kami tetap membangun kalau mau disewa ya disewalah. Kalau saya bicara tidak akan melalui jubir apapun, saya maunya owner to owner," imbuhnya.
 
Tania mengaku, di lantai lima rencanannya ada bangunan untuk mengenang peristiwa Bom Bali yang bentuknya semacam museum. Tanpa menyebut berapa nilai harga tanah tersebut saat ditanya wartawan, Tania hanya mengatakan terbuka terkait adanya keinginan pihak tertentu atas lahan itu. 
 
"Kita disini bicara damailah, kalau memang dari pihak itu (BPPA) menggalang dana dan sudah punya plan sendiri tanpa sepengetahuan pihak kami maka jangan sampai kami melangkah ke jalur hukum atas tanah yang dipublish tanpa pemberitahuan kepada pihak keluarga," ancamnya mengingatkan.(BB).