Diputar Serentak Februari 2023, Film 'Segara Gunung' Angkat Keajaiban Hidup Nengah Puspayasa

  20 Desember 2022 HIBURAN Denpasar

Pemutaran Preview Babak I Film Segara Gunung di Dharma Negara Alaya, Denpasar pada Selasa (20/12/2022).

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Keajaiban hidup Nengah Puspayasa di Desa Kelecung, Tabanan menarik perhatian Stephen untuk mengangkatnya menjadi film dokumenter. Nengah Puspayasa menjalani kehidupan penuh keajaiban sejak lahir hingga meninggal dunia. 

Hal tersebut diungkapkan Stephen R. Coleman dalam Pemutaran Preview Babak I Film Segara Gunung di Dharma Negara Alaya, Denpasar pada Selasa (20/12/2022). Rencananya film dokumenter ini akan diputar di seluruh Indonesia pada Februari 2023 mendatang. 

“Kita terlahir dari gunung dan meninggal di lautan. Kehidupan terjadi diantara keduanya,” kata seorang tetua desa kepada sutradara asal Kanada, Stephen R. Coleman.

Stephen mengungkapkan, ketika menginjakkan kaki di Desa Kelecung, ia merasakan ada sesuatu hal yang magis tentang tempat tersebut dan menemukan jawabannya setelah bertemu dengan Nengah Puspayasa. 

"Bersama dengan putri sulung Nengah Puspayasa, saya melakukan wawancara selama dua jam untuk menceritakan kisah kehidupan Nengah Puspayasa,” kata Stephen.

Namun, di tengah proses produksi, Nengah Puspayasa meninggal dunia sebulan kemudian pada 17 Januari 2021 dalam tidurnya yang lelap. Setelah kematian Nengah Puspayasa, Stephen memutuskan untuk mendedikasikan film ini untuk kisah Nengah Puspayasa.

Dalam Pemutaran Preview Babak I Film Segara Gunung itu, dikisahkan perjalanan hidup Nengah Puspayasa yang lahir dari seorang ibu berusia 70 tahun. Nengah Puspayasa sempat mendapatkan beasiswa D1 di IKIP Malang karena fasih berhasa inggris. Kemampuan bahasa inggris tersebut didapatkan ketika bekerja sebagai pengurus villa di Kuta.

Dalam film produksi Lex Film tersebut, diceritakan Nengah Pupayasa memutuskan memeluk agama Kristen dan menikah dengan seorang perempuan dari luar Bali. Produser Film Segara Gunung, Aniek Puspawardani yang juga anak Nengah Puspayasa mengatakan film dokumenter ini sangat bermakna bagi keluarganya. 

“Film ini mengisahkan tentang kehidupan, meski Pak Nengah Puspayasa sudah meninggal, namun ajaran tentang kehidupannya tidak berhenti,” ungkap Aniek sambil mimiknya terbata-bata dan matanya berlinang air mata menahan sedih mengenang almarhum ayahnya Nengah Puspayasa.(BB).