Bicara di PB3AS, Pastika Ingatkan Masyarakat Tangkal Penyakit 'AIDSS'

  13 Juni 2016 KESEHATAN Denpasar

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan masyarakat untuk menangkal penyakit  'AIDSS'. 'AIDSS' yang dimaksud Pastika merupakan singkatan dari Amarah, Iri, Dendam, Sombong dan Serakah. Hal tersebut disampaikan Pastika dalam orasinya di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (12/6/2016).
 
Sebagai autokritik, Pastika menyebut saat ini sebagian masyarakat masih memelihara penyakit tersebut.
 
"Gampang tersulut amarah, bahkan sampai puputan. Dendam juga dipelihara hingga ke anak cucu. Kalau ada rekan naik jabatan, yang lain naik darah. Ada juga yang suka memonopoli kebenaran yang merupakan ciri orang serakah," ujarnya mencontohkan.
 
Menurut Pastika, meski tak kasat mata, penyakit ini sangat merugikan dan menghambat kemajuan. Bahkan dia mensinyalir, makin bertambahnya penghuni Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bangli tak terlepas dari efek penyakit ‘AIDSS’. Untuk itu, Pastika mengajak masyarakat melakukan instropeksi dan tak memelihara penyakit yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa tersebut.
 
Pada bagian lain, Pastika juga menyinggung sosok ideal pemimpin Bali ke depan. Hal itu disampaikan Pastika karena masa kepemimpinannya akan berakhir dua tahun mendatang.
 
Pastika pun kemudian mengkaitkan sosok pemimpin ideal dengan ilmu Feng Shui. “Feng berarti angin dan Shui berarti air. Ilmu tersebut meyakini bahwa hidup akan menjadi lebih baik jika kita mengikuti hembusan angin dan aliran air,” terangnya. 
 
Mengacu pada ilmu topografi kuno yang menjadi keyakinan masyarakat Tiongkok tersebut, seorang pemimpin yang ideal harus dapat memprediksi arah angin dan kemana air mengalir.
 
“Namun tak sembarang mengikuti arus air, karena tak semua alirannya bermuara ke laut. Jangan sampai membawa rakyatnya ke comberan,” ucap Pastika. 
 
Seorang pemimpin, lanjut Pastika, hendaknya mampu membawa rakyatnya mengikuti aliran air yang bermuara ke laut untuk kemudian berlayar bersama mencapai tujuan yang dicita-citakan. Sama halnya dengan aliran air yang tak selalu bermuara ke laut, menurut Pastika angin pun tak semuanya bersahabat. 
 
“Tugas seorang pemimpin untuk memprediksi dan mengarahkan rakyatnya,” imbuhnya. Terlebih, pemimpin ke depan akan dihadapkan pada perkembangan domestik, regional hingga tingkat internasional yang begitu cepat.
 
Hal senada disampaikan mantan Rektor Universitas Udayana Ketut Sukardika. Jika Pastika menyebut penyakit AIDSS, Sukardika punya istilah kedokteran terkait dengan penyakit yang diderita sebagian masyarakat dewasa ini yaitu Psychoneuroimmunology (PNI). PNI merupakan studi tentang efek mental pada kesehatan seseorang. PNI mulai dipelajari ketika psikiater melihat hubungan antara gejala kejiwaan dan fungsi sistem kekebalan tubuh. 
 
Menurut Sukardika, kesehatan jiwa dan syaraf sangat berpengaruh pertahanan fisik seseorang. Untuk itu, Sukardika menyarankan setiap individu lebih rajin berolah raga dan selalu berpikir positif. Selama 40 tahun berkecimpung di dunia kedokteran, dia banyak sekali menerima keluhan pasien yang merasa dirinya sakit. Padahal, secara medis penyakit yang dikeluhkan itu tak terdiagnosa. “Itu karena pikirannya yang sakit,” ujarnya.
 
Berikutnya tampil Wayan Suata dari Legian Kuta yang memprotes kebijakan penerapan pajak progresif pada kendaraan bermotor. Menurutnya, kebijakan ini tak memenuhi rasa keadilan dan sangat membenani masyarakat. Sejumlah SKPD dan Lembaga juga memanfaatkan PB3AS kali ini untuk mensosialisasikan berbagai program. 
 
Kadis Perkebunan Provinsi Bali I Dewa Made Buana Duwuran berorasi tentang manfaat pelestarian tanaman langka dan hias. Dia mengajak masyarakat untuk menggalakkan penanaman pohon langka yang sebagian besar sangat bermanfaat sebagai sarana upacara.
 
Selain itu, dia juga menghimbau masyarakat lebih banyak menanam tanaman hias untuk mempercantik lingkungan sekitar.  Selanjutnya Kepala Badan Diklat Provinsi Bali IB Sedawa menyampaikan upaya jajarannya mengoptimalkan fungsi lembaga Diklat. IB Sedawa menjelaskan bahwa Badan Diklat milik Pemprov Bali bisa dimanfaatkan oleh kelompok masyarakat atau lembaga sosial.
 
Sementara itu, Kabid Pendidikan Menengah Disdikpora Bali I Wayan Susila menyampaikan penjelasan terkait kewenangan pengelolaan SMA/SMK. Ujar dia, mengacu UU Nomor 23 Tahun 2014, pengalihan pengelolaan SMA/SMK dari Pemkot/Pemkab ke Pemprov akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2017.
 
"Kalau saat ini masih menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota,"ujarnya. I Gede Agus Astapa dari Komisi Informasi Provinsi Bali menutup PB3AS dengan orasi mengenai pentingnya keterbukaan informasi. Dia mengapresiasi pelaksanaan PB3AS sebagai bagian penting dari upaya pemberian informasi kepada masyarakat.
 
Dalam kesempatan itu Agus Astapa juga menyinggung proses penerimaan siswa khususnya SMA/SMK yang sebentar lagi akan berlangsung. Dia berharap, lembaga terkait membuka akses informasi seluas-luasnya bagi masyarakat.
 
“Kami berharap prosesnya dilaksanakan secara terbuka agar tak menimbulkan kecurigaan,” pungkasnya. (BB).