Bersama Nanchang Normal University, TCI FPar Unud Gelar Seminar Internasional Pemulihan Pariwisata Pasca Pandemi

  26 Oktober 2022 PENDIDIKAN Denpasar

Tourism Confucius Institute (TCI) Pariwisata Universitas Udayana (FPar Unud) dengan Nanchang Normal University Cina menggelar seminar internasional membicarakan bagaimana memulihkan pasar pariwisata Cina.

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Tourism Confucius Institute (TCI) Pariwisata Universitas Udayana (FPar Unud) dengan Nanchang Normal University, Cina, menggelar seminar internasional di aula Gedung Agrokomplek, Jalan PB Sudirman, Denpasar, Rabu 26 Oktober 2022. Dalam seminar ini membicarakan bagaimana memulihkan pasar pariwisata Cina.

Seminar sebagai wujud kerjasama tri dharma perguruan tinggi antara Fakultas Pariwisata Universitas Udayana dan Nanchang Normal University ini, membahas terkait pariwisata pasca pandemi Covid-19, yang sempat melanda dunia selama dua tahun terakhir.

Direktur Indonesia Tourism Confucius Institute Universitas Udayana, Dr. Drs. Made Sendra, M.Si., mengatakan, seminar dengan tema Prospek Pariwisata Bali pada New Normal Covid-19 ini, merupakan salah satu kegiatan yang direalisasikan berkaitan dengan ulang tahun ke 70 Nanchang Normal University, antara Fakultas Pariwisata kedua kampus tersebut.

Dikatakannya, sejak tahun 2017, pasar Cina mendominasi kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia, khususnya ke Bali. Pada saat itu, Menteri Pariwisata menargetkan sebanyak 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. 

“Bali saat itu ditargetkan sekitar 40 persen dari target 20 juta wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2019. Kenyataannya tidak tercapai,” ucapnya.

Setelah pandemi Covid-19, wisatawan dari Cina daratan belum satupun datang ke Bali. Saat ini yang datang yakni dari Makau, Singapura, dan Taiwan. Permasalahannya apa? karena sampai pada saat ini kebijakan politik Cina menganut kebijakan politik zero Covid-19 yang artinya Covid-19 harus nol. 

“Itu sangat susah. Tidak mungkin bisa dicapai. Politik pariwisata Cina kalau meninggalkan Cina berarti ada devisa akan lari. Mereka menggembok agar wisatawan Cina berwisata dalam negerinya saja. Mereka hanya mencari pemasukan dari wisatawan domestik,” ungkapnya.

Untuk itu, yang bisa dilakukan oleh perintah, pertama, Presiden Joko Widodo bertemu dengan Presiden Cina pada KTT G20. Harapannya, sebelum puncak KTT G20 pada 15-16 November 2022 pemerintah Cina sudah membuka border pariwisata mereka. Sehingga nantinya kunjungan wisatawan Cina bisa pulih kembali. 

Permasalahannya, sampai saat ini Cina belum membuka border mereka. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Cina agar warga negaranya tidak bepergian ke luar negeri.

“Boleh keluar negeri, tetapi sebaliknya dari bepergian harus karantina sampai tiga minggu. Ini persyaratan yang sulit. Ini perlu kita terobos dengan Government to government (G2G) melalui KTT G20. Kunjungan Wisatawan Cina menduduki ranking satu 2017 dan 2018,” pungkasnya.(BB). 

Sumber: www.unud.ac.id