Tahun 2018 Tahun Bencana, Siapkah Anda Menghadapi Bencana?

  04 November 2018 OPINI Nasional

Humas BNPB for Baliberkarya (doc)

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Nasional. Tahun 2018 dapat dikatakan sebagai tahun bencana. Meski jumlah kejadian bencana relatif sama dengan tahun sebelumnya, namun dampak bencana sungguh luar biasa. 
 
 
Selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018), tercatat 1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini akan terus bertambah hingga akhir 2018 mendatang. Dampak yang ditimbulkan bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum rusak.
 
Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengungkapkan, kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar. Sebagai gambaran, gempabumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan saja kerusakan dan kerugian mencapai Rp 17,13 trilyun. Begitu juga gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan lebih dari Rp 18,48 trilyun. Jumlah ini diperkirakan masih akan terus bertambah.
 
 
Selama tahun 2018, terdapat beberapa bencana yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir bandang di Lampung Tengah pada 26/2/2018 yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah pada 22/2/2018 yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang hilang. 
 
Banjir bandang di Mandailing Natal pada 12/10/2018 menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang. Gempabumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29/7/2018, 5/8/2018, dan 19/8/2018 menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan 445.343 orang mengungsi. Bencana gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah pada 28/9/2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi.
 
"Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 ini paling besar sejak 2007. Jumlah kejadian bencana, kemungkinan hampir sama dengan jumlah bencana tahun 2016 dan 2017 yaitu 2.306 kejadian bencana dan 2.391 kejadian bencana. Namun dampak yang ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar," ungkapnya dalam keterangan rilis yang diterima Baliberkarya.com, Minggu (4/11).
 
 
 
Selama tahun 2007 hingga 2018 saja, kejadian bencana besar yang menimbulkan korban banyak adalah pada tahun 2009, 2010 dan 2018. Pada tahun 2009 tercatat 1.245 kejadian bencana. Terjadi gempa cukup besar di Jawa Barat dan gempa di Sumatera Barat. Dampak bencana selama tahun 2009 adalah 1.767 orang meninggal dunia dan hilang, 5.160 orang luka-luka, dan 5,53 juta orang mengungsi dan terdampak bencana.
 
"Tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda masih rendah dalam menghadapi bencana besar. Ini dibuktikan berdasarkan polling bencana, ternyata 77% menyatakan belum siap, 14% menyatakan cukup siap, dan 9% menyatakan siap," ucapnya.
 
 
Mitigasi bencana, kesiapsiagaan menghadapi bencana, dan pengurangan risiko bencana masih perlu terus ditingkatkan. Pengurangan risiko bencana harus dimaknai sebagai investasi pembangunan nasional. 
 
Sosialisasi dan pendidikan kebencanaan harus ditingkatkan. Masih banyak masyarakat yang belum paham ancaman bencana dan antisipasi yang dilakukan. Pendidikan bencana perlu memasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak SD-SMA. 
 
"Ini sesuai pendapat masyarakat dari polling bencana. 97% menyatakan pendidikan bencana wajib dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan, sedangkan hanya 3% yang menyatakan tidak setuju," imbuhnya.
 
 
Untuk membantu meningkatkan pengetahuan dan sosialisasi bencana, maka BNPB menerbitkan Buku Saku Menghadapi Bencana (dimana tersedia dalam bentuk soft copy-nya). Di dalam buku ini disampakan hal-hal yang mendasar yang perlu diketahui oleh masyarakat, baik ancaman bencana maupun tips-tips menghadapi bencana. 
 
 
Ribuan buku saku ini dicetak dan dibagikan. Namun tentu sangat kurang dibandingkan dengan 267 juta jiwa penduduk Indonesia saat ini. Keterbatasan anggaran menyebabkan BNPB tidak dapat memproduksi banyak. Oleh karena itu, jika ada dunia usaha, BUMN, NGO, organisasi masyarakat dan lainnya yang ingin mencetak dan membagikan kepada masyarakat luas, BNPB tentu akan senang hati menyambutnya.
 
Bencana adalah keniscayaan. Pasti terjadi di Indonesia karena Indonesia rawan bencana. Yang penting adalah apakah kita sudah siap menghadapi bencana itu. Kesiapsiagaan dan mitigasi adalah hal yang penting, kata Sutopo. 
 
 
"Untuk itu miliki Buku Saku Menghadapi Bencana. Sudahkah anda punya? Jika sudah punya, apakah sudah membacanya? Tanpa itu maka dampak bencana akan selalu menimbulkan korban jiwa besar kerugian ekonomi yang besar," tegasnya.
 
Saat ini, wilayah Indonesia akan memasuki musim penghujan. Diperkirakan banjir, longsor dan puting beliung akan banyak terjadi selama musim penghujan. Gempabumi tidak dapat diprediksi secara pasti. Rata-rata dalam setahun terjadi 5.000 – 6.000 kali gempa. Gempabumi dapat terjadi kapan saja terutama di daerah-daerah rawan gempa.
 
Masyarakat dihimbau untuk selalu waspada. "Kenali bahayanya dan kurangi risikonya," pungkasnya.(BB)