Indonesian GP 2024, Harga Khusus 50% Selama Periode Early Bird
OLAHRAGASabtu, 27 April 2024
Pariwisata Budaya di Bali Memudar? 3 Hal Ini Penyebabnya
14 September 2016
OPINI
Denpasar
istimewa
IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI
GOOGLE NEWS
Baliberkarya.com - Denpasar, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Bali sedang berpikir keras dengan semakin memudarnya budaya sebagai basis pariwisata di Pulau Bali.
Ketua PHRI Bali, Cokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengaku kini tengah gusar dengan maraknya obyek pariwisata dunia malam. Menurut tokoh Puri Ubud, hal itu saat ini sedang menjadi tren di Pulau Seribu Pura.
"Kami khawatirkan berkembangnya obyek pariwisata malam. Memang sih menjadi tren. Saya tidak katakan itu jahat seperti ada diskotek, klub malam dan lain sebagainya. Itu kebanyakan, komposisi dengan pariwisata Bali yang berbasis budaya, koor-nya semakin mengecil," ucap Cok Ace saat dihubungi awak media, Rabu (14/9/2016).
Hal itu bagi Cok Ace menjadi penyebab pergeseran wisatawan yang hadir ke Bali. Walau dari hasil survei separuh lebih wisatawan yang datang ke Bali karena ingin menikmati atraksi budaya, namun tak sedikit pula yang datang ingin menikmati kebebasan di Bali.
"Ini yang menyebabkan pergeseran wisatawan yang datang ke Bali. Dari survei yang sudah dilakukan, 50 persen, bahkan 65 persen tujuan ke Bali itu memang untuk budaya. Budaya itu tidak melulu dicerminkan dengan pura atau upacara adat, karena perilaku, nilai-nilai yang dijunjung tinggi, keramah-tamahan, itu yang membuat 65 persen orang datang ke Bali," ungkapnya.
Jika obyek yang menggeser pariwisata Bali berbasis budaya terus dibiarkan, kata Cok Ace, bukan tak mungkin pariwisata Bali akan mengalami pergeseran nilai. Baginya, jika sekarang akhirnya dibuat obyek-obyek yang menggeser nilai-nilai budaya itu, hal itu menjadi mengkerdilkan budaya dan memberikan ruang-ruang nilai baru masuk ke Bali.
"Investor memang wajar membangun fasilitas-fasilitas yang mendatangkan uang dengan segera. Tapi dalam hal ini kan ada pemerintah yang mengatur keseimbangan ini. Kalau kita serahkan kepada investor saja, misalnya membangun diskotek, karaoke, ketika persaingan tidak seimbang, kan akan terjadi banting-bantingan harga, banting-bantingan fasilitas, menjual kebebasan, tujuannya agar investasinya kembali. Ini ke sana persoalannya," paparnya.
Cok Ace sendiri mengaku sudah mengingatkan sejak lama mengenai hal ini. Dampak persaingan harga lantaran tak diatur oleh pemerintah secara zonasi terasa betul bagi para investor.
"Saya dari dulu sudah khawatirkan hal ini akan terjadi di Bali. Saya sudah prediksi. Tapi ketika saya sampaikan hal ini saya dibilang apriori. Tapi akhirnya kan sekarang jadi fakta," terangnya.
"Bagaimana bisa hotel-hotel yang kelasnya di atas Rp3 juta yang bintang lima, bintang empat, sekonyong-konyong ada hotel yang budget-nya Rp300 ribu permalam di tempat yang sama. Lalu hotel yang rasio pembangunannya yang 40-60 persen dipakai kebun, sekonyong-konyong ada hotel yang hanya punya tanah 30 are (3 hektar) punya kamar 100 lebih. Kan tidak adil. Ini yang menyebabkan terjadinya banting-bantingan harga, bantingan pelayanan, pasti begitu. Tidak sehat," imbuhnya.
Cok Ace memandang, hal itu terjadi karena ada tiga hal penting yang tak diindahkan oleh pemangku kebijakan. Pasalnya, jika tak diperhatikan serius, ia memprediksi bukan tak mungkin pariwisata Bali berbasis budaya akan kian memudar.
Ia mengakui hal pertama, memang terbentur otonomi daerah dan masing-masing daerah punya cara sendiri untuk memajukan daerahnya. Ini juga menjadi persoalan karena tidak bisa membuat desain bali secara menyeluruh. Hal kedua, kalaupun ada aturan yang sangat terbatas yang dimiliki Bali, namun banyak dilanggar. Ketiga, komitmen, khususnya pengusaha dan juga masyarakat.
"Tiap daerah ingin buat hotel. Seoalah-olah hotel saja yang buka lapangan pekerjaan dan peluang. Padahal tidak demikian. Kita harus saling dukung antar-kabupaten/kota," tuturnya menambahkan. Beberapa komponen masyarakat komitmennya menjaga Bali itu sudah mulai redup. Ini tiga hal yang perlu dibenahi," tandasnya.(BB).
OPINI Lainnya :
Rabu, 14 September 2016
Jalan Berliku Jamkrida Bali Mandara Kini Ditetapkan Perusahaan Daerah Terbaik Secara Nasional
Rabu, 14 September 2016
Ahli Hukum: Kenaikan Pajak Hiburan 40% Tak Perlu Disikapi Berlebihan
Rabu, 14 September 2016
Paul Rindu Berat 1,5 Tahun Tak Bisa Bertemu Kedua Anaknya, Mantan Istrinya Diduga Eksploitasi Anaknya
Rabu, 14 September 2016
Miris! Nyoman Liang Beli Tanah Badak Agung Namun Dikontrakkan Pihak Lain
Berita Terkini
-
-
OJK Bali Beri Edukasi Keuangan Kepada 1000 UMKM di Kabupaten Jembrana 2024
EKONOMIJumat, 26 April 2024
-
-
Diterjang Hujan Lebat dan Angin Kencang, Rumah Warga Miskin di Jembrana Roboh
PERISTIWAJumat, 26 April 2024
Terpopuler
-
-
Duka Menyelimuti Keluarga Wabup Jembrana, Putranya Meninggal Kecelakaan
PERISTIWA
Kamis, 11 April 2024
-
-
-
-
-
-
-
-
Arah Kade! Miliaran Uang Nasabah Ditilep Kasir dan Kolektor LPD Baluk
HUKUM & KRIMINAL
Senin, 22 April 2024
-
-
Duka Menyelimuti Keluarga Wabup Jembrana, Putranya Meninggal Kecelakaan
PERISTIWAKamis, 11 April 2024
-
-
Arah Kade! Miliaran Uang Nasabah Ditilep Kasir dan Kolektor LPD Baluk
HUKUM & KRIMINALSenin, 22 April 2024
