Lagi Pengurus NasDem Bali Mundur, Putu Wira Sentil Jangan Bermanuver Sesama Pengurus

  14 Mei 2023 POLITIK Denpasar

Foto: Wakil Sekretaris Umum & Administrasi DPW NasDem Bali I Putu Gede Wira Diana, S.H. menyerahkan surat pernyataan pengunduran diri ke Kantor DPW NasDem Bali, Renon, Denpasar.

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Buntut kekecewaan yang berujung mosi tak percaya menimbulkan gelombang dan efek domino yang berkelanjutan  mundurnya sejumlah pengurus dan Bacaleg NasDem Bali pasca mundurnya Ketua DPD NasDem Kota Denpasar, Dewa Nyoman Budiasa (DNB).

Bahkan mirisnya daftar panjang pengurus dan bacaleg NasDem Bali yang menyatakan diri mundur kian hari kian bertambah panjang. Kali ini, surat pernyataan mundur disampaikan secara langsung ke Sekretariat NasDem Bali oleh I Putu Gede Wira Diana, S.H., Sabtu (13/5/23).

Pria yang akrab dipanggil Putu Wira ini sebelumnya dipercaya memegang jabatan Wakil Sekretaris Umum & Administrasi DPW NasDem Bali. Dirinya beralasan memilih mundur yang pertama adalah solidaritas. 

"Saya memiliki latar belakang sebagai pelatih bela diri tarung drajat. Disana kita digembleng untuk memiliki karakter sportif dan setia kawan," kata Putu Wira memulai ceritanya. 

Kemudian disampaikan bahwa dirinya memulai kehidupan politik bersama I Dewa Nyoman Budiasa saat awal membangun NasDem Kota Denpasar. Saat Dewa Budiasa mendapat SK Ketua DPD NasDem Denpasar, Ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua Bidang Pemenangan Pemilu. Menurutnya, waktu itu NasDem Denpasar baru memiliki satu anggota Dewan dari Dapil Denpasar Utara yakni Agung Widiada. 

"Belum ada gedung sekretariat yang representatif saat itu. Yah, bisa dimaklumi, harga sewa di Kota Denpasar kan terbilang tinggi. Namun  semua diatasi oleh Pak Dewa Budi. Hingga akhirnya kita bisa melengkapi struktur kepengurusan sampai tingkat ranting. Hasilnya pemilu 2019 kita bisa meningkatkan perolehan kursi dari satu menjadi tiga kursi," tutur Putu Wira. 

Kemudian ia melanjutkan bahwa dari sana ia belajar bahwa dalam berorganisasi yang paling utama adalah solidaritas, membangun persaudaraan, senasib dan sepenanggungan. 

"Bukan bermaksud menggurui, kunci utama soliditas adalah transparansi, keterbukaan dan membangun sportivitas. Untuk itu aturan organisasi harus ditegakkan secara fair play. Jangan ada manuver sesama kader," singgung Putu Wira.

Menurutnya, keputusan organisasi harus dilahirkan dari rapat pleno, bukan dari kongkow-kongkow beberapa pengurus yang hasilnya berusaha untuk mencurangi pengurus lainnya. "Kalau keterbukaan dan mekanisme rapat rutin dijalankan, maka tidak akan lagi ada rasa saling curiga sesama kader," sentil Putu Wira.(BB).