“Shortcut” Denpasar-Singaraja Solusi Paling Realistis dan Efisien !

  06 Agustus 2016 OPINI Denpasar

istimewa

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Ketua BPC Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Badung I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya menegaskan, pembangunan shortcut di sejumlah titik jalur lalu-lintas di Bali sudah diwacanakannya sejak lama. 
 
 
“Pembangunan shortcut itu paling realistis dan efisien mengatasi kondisi lalu0lintas kita di Bali,” ujarnya Jumat (5/8/2016).
 
 
Menurut Suryawijaya, dibandingkan dengan solusi lain, ahortcut memang paling feasible. Jika membangun subway (jalan bawah tanah), dalam feasibility study tergambar dibutuhkan dana Rp 1 trilyun. Tentu anggaran itu sulit terjangkau oleh APBN, apalagi APBD.
 
 
Sementara jika membangun jalan darat akan banyak memakan lahan dan dampak lanjutannya adalah bertumbuhnya permukiman kumuh. “Sedangkan shortcut dan fly over (jalan laying), hanya akan memancang tiang di atas lahan yang masih tetap bisa dimanfaatkan dan diolah, pemandangannya juga bagus, biayanya lebih efisien dan realistis,” ujar Suryawijaya yang juga Ketua Badan Promosi Parisiata Badung itu.
 
 
Pembangunan shortcut yang realisasinya pada tahun 2017 mulai di jalur Candikuning, menurutnya, adalah gagasan Gubernur-Wagub Bali yang cemerlang, sangat menarik dan dipastikan akan berdampak pemerataan pembangunan Bali Utara dan Selatan.
 
 
“Jadi, kalau ditanya, apa pendapat saya soal shortcut, saya dan dunia pariwisata Bali mendukung seratus persen, karena itu sangat bagus,” ujarnya seraya menambahkan, Partai Golkar yang notabene ketuanya Ketut Sudikerta adalah Wakil Gubernur Bali harus terus mengawal pembangunan shortcut tersebut.
 
 
Di sisi lain, Suryawijaya menegaskan, pembangunan infrastruktur jalan shortcut sudah sangat tepat, mendahului pembangunan bandara di Bali Utara. Sebab, bagaimana pun, sebelum bandara dibangun oleh investor, infrastruktur harus sudah siap.
 
 
Untuk pemerataan “kue” pariwisata, menurutnya, shortcut-shortcut harus segera diwujudkan. Selama ini, keluhan kalangan pariwisata dan wisatawan adalah panjangnya waktu tempuh dari Bali Selatan ke Bali Utara dan sebaliknya. Jika shortcut sudah terwujud, hal itu akan meningkatkan minat wisatawan datang ke Bali Utara, karena hanya butuh waktu singkat.
 
 
Masa tinggal ereka juga akan bertambah, selain secara langsung akan menambah pendapatan masyarakat setempat.
 
 
“Sederhananya, Bali harus meyakinkan dulu, ada infrastruktur, maka investor akan tertarik untuk membangun fasilitas pariwisata dan nantinya wisatawan akan mengalir,” ujar Suryawijaya yang juga Wakil Ketua BPD PHRI Bali itu.
 
 
Potensi Bali Utara akan banyak bisa dieksplor. Seperti  keindahan Pantai Lovina dan Pemuteran, wisata kota menelusuri jejak peninggalan sejarah kerajaan Buleleng, atraksi sapi gerumbungan, olahraga air, golf, air panas, air terjun, permaindian, dan lain-lain akan ramai dikunjungi wisatawan.
 
 
“Cuma untuk itu, pemerintah harus tegas dalam menegakkan hukum dan aturan. Jangan sampai pertumbuhannya malah berdampak negative,” tandas Rai Suryawjiaya. (BB)