Menteri LHK Lepas Liarkan Ratusan Curik Bali di TNBB Gilimanuk

  02 September 2022 PERISTIWA Nasional

Ket poto : Saat detik-detik Mentri LHK melepas liarkan burung Curik Bali di Pantai Karangsewu Gilimanuk

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Jembrana. Dihari ketiga Peringatan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) 2022 yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun ini dipusatkan di Kawasan Taman Nasional Bali Barat, tepatnya di Pantai Karangsewu Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, dihadiri langsung oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr.Ir. Siti Nurbaya, M.Sc sekaligus menutup kegiatan tersebut.

Kegiatan HKAN yang sekaligus Jambore Nasional Konservasi Alam dilaksanakan selama tiga hari (31 Agustus – 2 September). Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) diperingati setiap tanggal 10 Agustus, bertujuan untuk mengajak para pihak terutama para muda gen Z untuk mengenal upaya-upaya konservasi keanekaragaman ekosistem, spesies dan genetik bagi kualitas hidup manusia yang lebih baik.

Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat Drh. Agus Ngurah Krisna, M.Si, mengatakan, sesuai dengan tema HKAN 2022 “Amertha Taksu Abhinaya” yang berarti memulihkan alam untuk masyarakat sejahtera, bahwa upaya-upaya konservasi telah banyak dilakukan namun perlu dukungan dari para pihak terutama kaum muda untuk ikut serta aktif.

“Balai Taman Nasional Bali Barat yang mempunyai satwa endemik burung curik Bali, telah berhasil melaksanakan pemulihan populasinya melalui kegiatan pengembangbiakan baik di suaka satwa maupun penangkaran dengan keaktifan dukungan para pihak,” ujarnya. Jumat (2/9/2022).

Sejauh yang dia ketahui, pada tahun 1900-an Curik Bali hanya dijumpai di kawasan TNBB dengan jumlah populasi yang sangat rendah. Di tahun 2001 hanya tersisa 6 (enam) ekor. Hal ini menjadi pertimbangan International Union for Conservation of Nature (IUCN) sejak tahun 1966, memasukkan curik bali sebagai satwa yang hampir punah (critical endangered). 

“Pemerintah Indonesia dengan komitmennya untuk melestarikan keanekaragaman spesies dan genetic beserta eksositemnya, kemudian menetapkan curik Bali sebagai satwa dilindungi sekaligus menjadikan kawasan yang merupakan habitatnya sebagai Taman Nasional dengan salah satu mandatnya untuk melindungi Curik Bali,” terangnya.

Dalam Puncak peringatan Hari Konservasi Alam Nasional tahun 2022, lanjut Agus, Ibu Menteri dan Bapak Wakil Menteri, didampingi Dirjen KSDAE, Direktur Konservasi Keanekaragaman Spesies dan Genetik serta Kepala Balai Taman Nasional, mengembalikan Curik Bali (Leuchopsar rothschildi) ke habitat alaminya sebanyak 108 ekor.

“Pelepasliaran ini dilakukan di tiga lokasi yaitu Pantai Karangsewu sebanyak 14 ekor, Teluk Brumbun sebanyak 80 ekor, dan Labuhan Lalang 14 ekor. Burung tersebut berasal dari masing-masing kandang habituasi yang berada di Resort Gilimanuk, Resort Teluk Brumbun, dan Resort Teluk Terima. Curik Bali yang dilepasliarkan telah melalui proses habituasi selama lebih dari 4 bulan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap habitat alaminya dan diperiksa secara rutin kesehatannya,” bebernya.

Sementara Menteri LHK RI Dr.Ir. Siti Nurbaya, M.Sc mengatakan, telah terjadi pemulihan populasi di Taman Nasional Bali Barat hingga April 2022 sebanyak 452 ekor. Peran konservasi ex situ link to Insitu telah berhasil menyelamatkan populasi curik Bali. “Curik Bali sebagai bagian penting dari rantai makanan dan ekosistem harus terus dilakukan dengan pengembangan metode-metode pengembang biakan bersama-sama dengan Pemerintah Daerah, desa adat, pihak swasta, serta akademisi dan media,” ucapnya. 

Menurutnya, saat ini Curik Bali tidak hanya terpantau tersebar di kawasan TN.Bali Barat, namun juga dapat dijumpai dalam kelompok-kelompok yang menetap atau mencari makan dan bermain di area areal Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang berbatasan langsung dengan kawasan TN.Bali Barat, juga di pekarangan rumah desa adat atau masyarakat sekitarnya.

Sharing knowledge pelestarian curik Bali harus terus diinternalisasikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang lebih luas lagi, dan peran program konservasi ex situ yang link to in situ untuk jenis-jenis burung dilindungi lainnya terutama yang endemik Indonesia juga harus menjadi perhatian untuk ditingkatkan. Salam Konservasi, Alam pulih, masyarakat sejahtera,” pungkasnya. (BB)