Mimih Dewa Ratu! Penderita Hipospadia Asal Jembrana Setahun Tunggu Penanganan Medis di RSUP Sanglah

  29 Juli 2023 KESEHATAN Jembrana

Ket poto: Ket poto: Ibu Mas Nur Rahmania bersama anaknya, Mas Raditya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com – Jembrana. Seorang anak penderita Hipospadia di mana lubang kencing pada penisnya terletak di bagian bawah, bukan di ujung seperti seharusnya, anak tersebut berasal dari Banjar Kelapa Balian, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana bernama Mas Raditya 4 tahun kurang lebih 1 tahun belum medapatkan penanganan medis di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah.

Anak dari pasangan Ahmad Sofyan dan Ibu Mas Nur Rahmania tersebut hingga saat ini kesehatanya semakin memburuk. Kondisi yang serba kekurangan untuk biaya berobat ke Denpasar mendapat perhatian dari salah satu relawan di Jembrana. Setelah mendapatkan bekal, kedua orang tuan anak tersebut kembali mendatangi RSUP Sanglah dan disarankan kembali datang pada tanggal 4 Agustus 2023.

Saat dikonfirmasi ibu dari anak tersebut bernama Nur Rahmania, berharap agar anak mereka segera mendapatkan penanganan medis, khususnya operasi, di RSUP Sanglah. "Kami sudah menunggu selama lebih dari satu tahun untuk mendapat kabar kapan operasi akan dilakukan. Awalnya, kami diminta hanya untuk menunggu," jelasnya. Jumat (28/7/2023).

Mereka berharap bisa langsung membawa Mas Raditya ke RS Sanglah untuk mendapatkan penanganan, namun terkendala oleh biaya transportasi dan hal-hal lainnya. "Beruntung, kami mendapat bantuan dari relawan kemanusiaan, Komunitas Relawan Jembrana (KRJ), dan sebelumnya juga dari Gerakan Pemuda Loloan (GPL)," ucapnya.

Menurutnya, untuk biaya berobat ke RSUP Sanglah, pihaknya mendapat bantuan dari relawan. Akan tetapi setelah datang ke rumah sakit, pihaknya kembali diminta pulang dan kembali lagi pada bulan Agustus 2023. "Kemarin kami pergi ke RS Sanglah karena telah mendapat bantuan dari para relawan. Kami diminta untuk datang kembali tanggal 4 Agustus. Katanya, kami akan mendapatkan kamar. Namun, kami belum tahu apakah itu berarti anak kami akan segera dioperasi atau bagaimana. Kami berharap anak kami segera mendapatkan penanganan medis, karena sudah terlalu lama kami menunggu," terangnya.

Nur melanjutkan, keluarganya bahkan kesulitan untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari, dan suaminya kadang harus melaut atau mencari pekerjaan sementara. “Kami tinggal numpang di rumah orang tua, dengan kondisi rumah yang sederhana, itu tetap kami syukuri masih mempunyai tempat tinggal. Ketika kami pergi ke Denpasar, kami juga berharap ada bantuan untuk tempat menginap karena kami kesulitan biaya untuk menyewa penginapan," ucapnya penuh harap. (BB)