Wagub Sudikerta Ingatkan Krama Selalu Lakukan Karma Kebaikan

  02 September 2016 OPINI Denpasar

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Segala yang melekat pada manusia selama mas hidup di dunia pada hakikatnya bukanlah milik manusia. Karena barang-barang dan harta benda yang diperoleh di dunia semasa hidupnya  tidak satupun  yang dapat dibawa saat mati. Hanya bekal hasil perbuatan baik saja yang akan menyelamatkan di kehidupan mendatang agar bisa lebih baik dari sekarang.

 

Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri Upacara Mamungkah, Mapadudusan Agung lan Mupuk Pedagingan di Pura Dalem Danu Taman Suci BanjarPekraman Minggir, Desa Pekraman Padangsambian, Kecamatan Denpasar Barat pada Jumat (2/9/2016).

 

 “Kita hidup didunia tidak membawa apa-apa, semua yang kita miliki bersifat sementara. Karena saat mati, kita tidak akan membawa harta benda, yang kita bawa hanyalah karma yang kita lakukan selama didunia, untuk itu terus lakukan hal yang baik,” ucap Sudikerta.

 

Ditambahkan Sudikerta, dalam menjalani hubungan di kehidupan didunia manusia harus berpegangan pada filosofi Tri Hita Karana  yang menjaga keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, alam dan sesama manusia. Prinsip pelaksanaannya harus seimbang, selaras antara satu dan lainnya. Apabila keseimbangan tercapai, manusia akan hidup dengan menghindari daripada segala tindakan buruk. Hidupnya akan seimbang, tenteram, dan damai.

 

 “Kita hidup didunia harus terus melakukan dan menjalankan ajaran agama sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yakni meliputi hubungan dengan sesama manusia (Pawongan), hubungan dengan alam sekitar (Palemahan), dan hubungan dengan ke Tuhan (Parhyangan) yang saling terkait satu sama lain,”pungkasnya.

 

Sudikerta yang dalam kesempatan tersebut juga menyinggung terkait pelaksanaan yadnya di masyarakat yang banyak dilakukan secara berlebihan. Orang nomor dua di Provinsi Bali tersebut mengatakan, untuk menjalankan yadnya masyarakat banyak yang sampai menjual harta, warisan bahkan hingga mencari hutang.

 

 “Kalau kita melakukan yadnya, ukur kemampuan diri jangan sampai berlebihan. Berapa yang kita punya, segitu kita haturkan. Jangan sampai menjual harta, warisan, bahkan sampai ngutang hanya untuk melaksanakan yadnya yang salah atau berlebihan. Untuk melaksanakan Yadnya harus dengan tulus iklas, karena pelaksanaan yadnya harus memiliki tujuan yang baik sehingga persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi dapat diterima dengan baik juga,” ungkapnya.

 

Sementara itu, Sekretaris Karya Made Rapinata, mengucapkan terimakasih atas kehadiran Wagub Sudikerta yang turut menyaksikan prosesi upacara tersebut. Ia melaporkan bahwa, karya pedudusan agung telah dimulai sejak 14 Agustus 2016, dan akan berakhir pada Resite Umanis Kuningan (18/09), sedangkan pada hari ini dilaksanakan upacara mecaru, lan mupuk pedagingan yang di puput oleh Ida Pedande Griya Telabah Denpasar. Ia berharap, semua prosesi upacara tersebut dapat dilaksanakan dengan baik sampai pada penyineban nanti.

 

Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Wakil Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Kepala Dinas Kebudayaan Provisni Bali Dewa Putu Berata, Anggota DPRD  Kota Denpasar, Camat Denpasar Barat serta undangan lainnya.(BB)