Selama Agustus Terjadi Gempa Swarm‎

Waduh! Selama Agustus, BMKG Sebut 673 Kali Terjadi Gempa Bumi, 3 Gempa Merusak

  04 September 2019 PERISTIWA Nasional

BMKG

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Nasional. Total kejadian gempa bumi tektonik selama bulan Agustus 2019 terjadi sebanyak 673 kali. Gempa bumi dengan magnitudo signifikan di atas 5,0 (M > 5,0) terjadi sebanyak 22 kali. Sedangkan gempa bumi yang guncangannya dirasakan terjadi sebanyak 56 kali. 
 
 
Berdasarkan rilis BMKG yang ditulis Dr. Daryono menyatakan selama bulan Agustus 2019 di Indonesia terjadi gempa merusak 3 kali, yaitu pertama, Gempa Selatan Banten pada 2 Agustus 2019 dengan magnitudo M=6,9, yang merusak 7 bangunan rumah yang tersebar di Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Sukabumi. 
 
Kedua, Gempa Banyuwangi pada 12 Agustus 2019 dengan megnitudo M=5,0  menyebabkan beberapa rumah rusak ringan di Pantai Pancar dan Rajegwesi, Banyuwangi. Dan ketiga, Gempa Kaki Gunung Salak pada 23 Agustus 2019 M=4,0 menyebabkan beberapa bangunan rumah warga rusak ringan di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor). Selama Bulan Agustus 2019 juga terjadi gempa swarm. 
 
Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa bermagnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal. Fenomena swarm di Indonesia sudah terjadi beberapa kali, seperti aktivitas swarm di Klangon Madiun (Juni 2015), Jailolo Halmahera barat (Desember 2015), dan Mamasa Sulawesi Barat (November 2018). Gempa swarm Madiun terjadi pada 3 Agustus 2019 dimana terjadi gempa lebih dari 19 kali dalam sehari. 
 
 
Selanjutnya adalah swarm juga terjadi di sebelah baratdaya Kaki Gunung Salak pada 10 hingga 28 Agustus 2019. Selama sekitar 18 hari terjadi gempa  lebih dari 84 kali hingga masyarakat resah dan sebagian mengungsi di perkebunan teh. Patut disyukuri bahwa aktivitas Swarm saat ini sudah mereda. Pada beberapa kasus swarm terjadi di zona gunungapi. 
 
Swarm dapat terjadi di kawasan yang mengalami medan tegangan berkaitan dengan desakan aktivitas magmatik. Selain berkaitan dengan kawasan gunungapi, beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non volkanik. 
 
 
Swarm memang dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh sehingga mudah terjadi retakan (fractures). Terjadinya fenomena gempa swarm ini setidaknya menjadikan pembelajaran tersendiri untuk masyarakat, karena memang jarang terjadi. 
 
Dampak dari gempa swarm diakui memang meresahkan masyarakat. Jika kita belajar dari berbagai khasus gempa swarm di berbagai wilayah sebenarnya tidak membahayakan jika bangunan rumah di zona swarm memiliki struktur yang kuat.(BB).