Sungguh Terlalu! Hutan Gumbrih Dirabat Beton Pengawen, Oknum Dewan Diduga Penyandang Dana

  29 Agustus 2017 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Aksi perambahan hutan yang dilakukan oknum warga di Jembrana untuk ditanami tanaman produksi belakangan ini sungguh sangat memprihatinkan.

Bahkan perambahan hutan tersebut dilakukan secara terang-terangan, sementara aparat terkait terkesan ompong dan membiarkan aksi perusakan hutan yang berdampak sangat buruk terhadap lingkungan.

Perambahan hutan oleh oknum warga dekat lokasi hutan yang di Jembrana dikenal "Pengawen" bukan saja menebangi kayu-kayu besar untuk ditanami tanaman produksi hingga puluhan kilo ke dalam hutan, kawasan "Awen" juga digunakan ajang bisnis bagi oknum perambah.

Biasanya ketika hutan sudah dibuka dan telah ditanami taman produsi, lahan tersebut kemudian diperjual belikan dengan harga yang sangat pantastik. Berkisar puluhan juta per hektare.



Untuk memuluskan aksi perambahan hutan, para pengawen yang jumlahnya ribuan membuat jalan setapak hingga ditengah hutan menuju lokasi "awen" masing-masing.

Jalan setapak itu bisa dilalui oleh sepeda motor karena para pengawen menuju dan keluar hutan menggunakan sepeda khusus yang telah dimodifikasi. Disamping itu hasil panen berupa pisang, cengkeh, durian dan lainnya juga diangkut dengan menggunakan sepeda motor.

Seperti yang terjadi di hutan Gumbrih, Desa Gumbrih, Kecamatan Pekutatan, Jembrana. Informasinya ratusan warga yang tinggal berbatasan dengan hutan lindung menjadi perambah hutan atau pengawen dan seluruhnya beraktipitas ke tengah hutan dengan menggunakan sepeda motor modifikasi.

"Pagi-pagi dan sore-sore di hutan ini (Gumbrih) sangat ramai lalu lalang pengawen dengan mengendarai sepeda motor, seperti di jalan raya,” ujar salah seorang warga setempat, Selasa (29/8/2017).



Parahnya lagi menurut warga, belakangan ini kelompok warga pengawen tersebut justru membagun jalan permanen di tengah hutan dengan rabat beton sepanjang sekitar 500 meter dengan lebar sekitar 50-60 cm.

Rabat beton tersebut menurut warga dibagun mulai sekitar lima kilo meter dari batas desa untuk memudahkan para mengawen melakukan aktipitas dengan sepeda motor.

Informasi yang dihimpun menyebutkan baterial untuk rabat beton tersebut merupakan sumbangan dari oknum anggota DPRD Provinsi Bali berupa pasir, krokol dan semen.

"Banyak warga yang tahu material berupa pasir, krokol dan semen dibantu oknum anggota DPRD Provinsi. Hitung-hitungannya jelas minta dukungan suara,” imbuh warga lainnya.

Pengerjaan rabat beton tersebut telah dimulai sejak dua minggu lalu dan saat ini baru selesai dikerjakan sekitar 200 meter dan dikerjakan secara gotong royong oleh pengawen.

BACA JUGA : 

Indonesia "Butuh Bantuan" Para Ahli Penyakit Ikan dan Penggunaan Obat Ikan

Sing Kapok-Kapok! Ada Lagi Pengiriman Daging Olahan Tanpa Dokumen Diamankan

Perluas Jaringan Kerja Sama, Lombok Taksi "Gandeng" Lombok Epicentrum Mall


"Sejak tiga hari lalu tidak ada lagi yang bekerja karena materialnya sudah habis. Katanya sih menunggu kiriman bantuan dari oknum dewan itu,” jelas sumber dari warga yang minta namanya jangan ditulis.

Warga yang mengaku perduli lingkungan dan pelestari hutan sangat menyayangkan tindakan pengawen dan oknum dewan tersebut dan meminta aparat penegak hukum segera bertindak karena perbuatan tersebut melanggar hukum.

"Kalau mau cari dukungan suara ya haruslah dengan cara baik jangan menghalalkan pelanggaran,” tutupnya.

Terkait hal tersebut Perbekel Gumbrih I Ketut Nurjana I Ketut Nurjana dikonfirmasi melalui telpon mengaku telah mendengar kabar terkait pengawen membagun jalan rabat beton. Namun dirinya mengaku belum mengeceknya nanti pihaknya akan melakukan pengecekan ke lokasi.(BB).