Sudikerta Berultah, Meriah di Panggung Terbuka, Mesra di Rumah Jabatan

  29 Agustus 2016 TOKOH Denpasar

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Senin (29/8/2016) merupakan hari yang paling membahagiakan bagi seorang Ketut Sudikerta. Pria yang menjabat Wakil Gubernur Bali dan Ketua DPD Partai Golkar Bali itu mendapat kado istimewa, karena tepat pada perayaan hari ulang tahunnya yang ke-49, berbagai kalangan ikut mendoakannya.
 
 
Bersamaan dengan penyerahan Penghargaan Bali Mandara Paramanugraha di Panggung Terbuka Ardha Chandra Taman Budaya, Sudikerta secara khusus merayakan ultahnya disaksikan Gubernur Mangku Pastika dan Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama. Bersama mereka, ribuah pasang mata juga hadir di Taman Budaya. Suasana menjadi meriah karenanya.
Sesaat setelah merayakan di atas panggung terbuka, Sudikerta bersama istrinya Ny.Dayu Sumiatini Sudikerta beranjak meninggalkan Taman Budayamenuju rumah jabatan Wakil Gubernur Bali di Jl.Cok Agung Tresna, Renon.
 
 
Di situ telah lama menunggu dan hadir berbagai kalangan. Mulai para tokoh politik seperti Ketua DPD Partai Demokrat I Made Mudarta beserta jajarannya, Tentu hadir pula para pengurus dan kader Partai Golkar Bali, serta sejumlah pejabat.
 
 
Tentu saja suasananya berbeda dengan di panggung terbuka. Perayaan ultah di rumah jabatan penuh suasa mesra antara Sudikerta dengan sang istri. Disertai doa dan dendang lagu “selamat ulang tahun” Sudikerta mengungkap rasa syukur dan berdoa diberi umur panjang untuk mendapat kesempatan mengabdi pada rakyat Bali.
Sudikerta berulang tahun yang ke-49, karena dia lahir pada tanggal 29 Agustus 1967, Sudikerta kecil lahir di Desa Pecatu, sebuah desa yang tandus di daerah Bukit Jimbaran. Seperti dituturkan oleh Sudikerta sendiri, dirinya berasal dari keluarga sederhana. Bahkan ia mengaku kehidupan keluarganya morat-marit.
 
 
Belum lagi, saat masih SD, ia sudah harus kehilangan ibu tercinta. Namun, Sudikerta mengaku bangga karena dapat menamatkan pendidikan dasarnya di tanah kelahirannya itu. Melihat kondisi wilayah tandus dan kemampuan keluarga yang tidak memadai, Sudikerta memutuskan pergi ke Kuta untuk melanjutkan sekolah ke SMP Sunari Loka. Untuk biaya hidup dan sekolah, ia rela menjadi pedagang acung. Kepada Tokoh, Sudikerta menceritakan pengalamannya waktu itu:
 
 
“Waktu itu turis asing booming di Kuta. Saya mencoba mengadu nasib di sana. Kalau jadwal sekolahnya pagi, saya berjualan sore hari. Kalau masuk siang, jualannya pagi. Waktu itu saya dapat Rp 500.000 sebulan. Jaman itu uang sebanyak itu sangat besar sekali artinya. Saya tambah semangat bekerja,” ujarnya suatu saat.
 
 
Banyak manfaat yang ia dapatkan sebagai pedagang acung, salah satunya berlatih Bahasa Inggris. Selain untuk biaya hidup dan sekolah, hasil bekerja sebagai pedagang acung juga ditabung—hingga berhasil membeli sepeda dengan hasil kerjanya sendiri.
 
 
Tiga tahun menjadi pedagang acung sangat berarti baginya. Ia berhasil menamatkan SMP dengan nilai Bahasa Inggris yang bagus. Ada suatu kebanggaan baginya karena ia mampu mencukupi kebutuhannya dari hasil keringatnya sendiri.
Perjuangan tiada akhir. 
 
 
Tamat SMP, ia melanjutkan ke SMA PGRI 4 Denpasar—sehingga tidak bisa lagi meneruskan pekerjaannya sebagai pedagang acung. Untuk biaya hidup dan sekolahnya, ia bekerja paruh waktu di perusahaan biro perjalanan. Di perusahaan tersebut Sudikerta rela bekerja rangkap di bidang cleaning service dan ekspedisi.
Untuk menambah uang saku, ia menjadi kernet bemo Denpasar-Sanur p.p. Kadang timbul perasaan malu karena ada teman sekolahnya yang menumpang bemo yang ia kerneti, aku Sudikerta.
 
 
“Kekerasan hidup yang saya lakoni memberi semangat untuk tetap berjuang dan melupakan sejenak rasa malu saya.”
Dengan kerja rangkap sebagai cleaning service, ekspedisi dan kernet bemo, Sudikerta berhasil menamatkan pendidikan SMA nya. Perjuangan Sudikerta belum selesai sampai di sana.
 
 
Ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Warmadewa, yang sekarang berlokasi di Tanjung Bungkak. Untuk biaya hidup dan kuliah, Sudikerta bekerja sebagai pemandu wisata (guide) paruh waktu. Awalnya, ia mendaftar ke Fakultas Teknik. Namun, ia merasa lebih sreg di jurusan Sastra Inggris.
 
 
“Sesuai dengan pekerjaan yang saya lakoni sebagai guide Inggris.” Di situlah Sudikerta bertemu dengan istrinya, Ida Ayu Ketut Sri Sumiatini SH. Kebersamaannya sebagai pengurus senat dan resimen mahasiswa di Universitas Warwadewa, menjadikan Sudikerta dan Sri Sumiartini sering, dekat, pacaran, lalu menikah.
 
 
Masa-masa yang dilalui oleh Sudikerta selanjutnya adalah sebagai pengusaha, bergabung dengan Partai Golkar, menjadi Wakil Bupati Badung, dan saat ini mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Gubernur Bali 2013 dari partai Golkar yang berdampingan dengan Calon Gubernur I Made Mangku Pastika. Akhirnya, terpilihlah duet ini mempimpin Bali dengan program unggulannya: Bali Mandara Jilid II.
 
 
Rakyat Bali berharap program ini nanti akan bisa dilanjutkan ke Jilid III. Tentu mereka berharap Sudikerta yang dapat meneruskannya. (BB)