Sembuh Melihat Ular Naga, Dewa Aji Berjanji Dikubur Hidup-Hidup 4 Jam

  12 Oktober 2016 HIBURAN Klungkung

ilustrasi

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya - Klungkung. Dewa Aji Tapakan (55), salah seorang penari akan melakukan aksi ekstrem di kuburan di Banjar/Desa Pekraman Getakan, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. 
 
Penari asal Desa setempat yang menjadi lakon watangan atau bangke bangkean ini akan dikubur selama empat jam pada hari Kamis (13/10). Pihak keluarga bahkan telah menandatangani surat tidak menuntut jika terjadi sesuatu pada penari yang dikubur.
 
Pertunjukan calonarang serangkaian acara "memasar" dan "memunggel" Ide Bhetare Pura Dalem Banjar/Desa Pekraman Getakan kali ini berbeda dengan pelaksanaan calonarang sebelumnya. Pagelaran untuk kesebelas kalinya ini akan dilakukan penguburan langsung penari watangan atau bangke bangkeannya.
 
"Nggih tiang ampun siap ngayah," kata  Dewa Aji Tapakan  (55), penari watangan atau bangke bangkean ketika ditemui di rumahnya.
 
Ia mengatakan "ngayah" atau berbuat dengan tulus ikhlas ini dilakukan semuanya ada dasarnya. Kala itu, tepatnya 11 tahun yang lalu, jelas Dewa Aji menuturkan sebelum dirinya ngayah menjadi watangan atau bangke bangkean dirinya mengalami sakit ayan.
 
Pada saat sakit ini, dirinya mengaku mengalami peristiwa niskala aneh kemudian dirinya melihat seekor ular naga.
 
Dan tiba-tiba naga itu bersuara agar Dewa Aji ngayah sebagai penari watangan. Dan meminta kepada dirinya pada pagelaran calonarang kesebelas kalinya agar dirinya siap dikubur.
 
"Setelah saya nyatakan siap ngayah, setelah beberapa harinya sembuh," jelasnya.
 
Terkait masalah ngayah dengan dikubur selama 4 jam dari pukul 00.00 wita sampai 04.00 wita ini di kuburan, pihaknya mengaku sudah siap mental.
 
Bahkan pihak keluarga sudah membuat surat pernyataan tidak akan menuntut apa-apa jika terjadi sesuatu pada dirinya.
 
Bendesa Desa Pekraman Getakan sekaligus Kelian Banjar Ada Getakan I Made Sucana ketika dimintai keterangannya mengakui ada perbedaan mencolok  pelaksanaan pagelaran Calonarang di desanya dengan daerah lainnya. Karena pada pelaksanaan calonarang kali ini, akan diisi dengan penguburan langsung penarinya.
 
"Kami lakukan pagelaran ini karena sudah ada pemuus atau pewisik 11 tahun yang lalu, setiap pementasan calon narang ke 11 kalinya penari mesti melakoni penguburan," jelasnya.
 
Sebelumnya warga sempat muncul ketakutan, kemudian pihaknya menghindari hal-hal yang tidak diiingkan dan berkoordinasi dengan aparat keamanan. Kemudian pada pagelaran calonarang yang kesepuluh kalinya warga sepakat untuk melaksanakan pertunjukkan mengubur penari watangan ini.
 
Saat ini persiapan pagelaran Calonaran itu sudah dilaksanakan sejak seminggu lalu, bahkan kalangan pagelaran seperti teragtag 11 meter sudah selesai dikerjakan.
 
Begitu halnya dengan peti berukuran lebar 1 meter, 15 cm panjang 2 meter, tinggi 1 meter, 20 centimeter sebagai alat mengusung penari watangan juga sudah dipersiapkan.
 
Ketika ditanya soal prosesi, Sucena mengatakan sebelum masuk dalam peti diupacarai layaknya orang mati, baru diarak dari perbatasan wilayah banjar adat Getakan dengan Banjar Sari Merta, Dusun Gunung Rata.
 
Kemudian setelah diarak sepanjang 1 kilometer, watangan dikubur tepat jam 24.00 sampai 04.00 wita, kemudian Ida Petapakan Mas Klungkung akan tedun atau turun ke kuburan untuk menghidupkan watangan.
 
Calonarang  ini akan digelar hari Kamis (13/10)  di Perempatan Desa Banjar Adat Getakan Kecamatan Banjarangkan. Pertunjukan calonarang mependem ini serangkaian acara memasar dan memunggel Ide Bhetare Pura Dalem pura setempat.
 
Sementara, rangkaian prosesi mulai nedungan Petapakan Ratu Mas Bukit Jati, Ratus Mas Dalem Lingsir, Ratu Mas Klungkung dan Petapakan barong diistanakan di Pura Dalem kemudian langsung dirangkai dengan ngideer buana ke prajuru desa, setelah itu ditempatkan di pelinggih balai banjar .
 
Pada hari ini, Rabu (12/10) pada pukul 16.00 wita akan dilaksanakan proses memasar dan memunggel dengan menggunakan sarana upakara ngaturang penyemblih kucit butuan atau anak babi berkelamin laki-laki.
 
Kemudian pada hari Kamis (13/10) dilakukan persembahan banten pesucian petapakan diusung di bawa ke kuburan saat itulah karma membuatkan liang kubur untuk menegubur watangan atau bangke bangkean yang akan dipertunjukkan saat pentas calon narang,
 
Kapolsek Banjarangkan, AKP Iluh Wirati membenarkan akan pembuatan surat pernyataan dari pihak keluarga  tidak menuntut apabila terjadi sesuatu kepada penari.(BB/bbcom).