Pedang Daeng Milik Raja Jembrana Hadir di Festival Budaya Loloan Tempoe Dulu

  31 Juli 2022 SOSIAL & BUDAYA Jembrana

Ket poto : Dua bilah Pedang Daeng milik Raja Jembrana I Gusti Ngurah Pancoran

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com – Jembrana. Menarik perhatian warga yang berkunjung, 2 buah bilah senjata yang digunakan pada saat perang dengan penjajahan Jepang dan Belanda hadir di Festival Budaya Loloan Tempoe Dulu yang diberi nama “Loloan Jaman Lame”. Kedua bilah pedang tersebut diberi nama Pedang Daeng yang merupakan milik Raja Jembrana berkuasa sekitar tahun 1669 masehi.

Kondisi kedua pedang tersebut sudah berkarat dan berada di stand senjata jaman dulu yang berdampingan dengan alat senjata Bugis Melayu lainnya yang dipergunakan pada saat perjuangan melawan penjajah seperti, Kris, tombak bambu (bambu runcing), rombak besi, pedang moyang, golok dan klewang. Selain itu ada juga prasasti, alat musik seperti radio, pemutar musik, bokor untuk meboreh, mesin tik dan jam dingding kuno.

Saat dikonfirmasi awak media, penjaga stand benda-benda bersejarah bernama Zaidan menuturkan, keberadaan kedua bilah Pedang Daeng itu merupakan milik Raja Jembrana bernama I Gusti Ngurah Pancoran yang dibuat oleh warga Loloan Timur tempo dulu dan itu turun temurun di pergunakan saat menghadapi penjajah Belanda dan Jepang.

“Pedang tersebut secara turun temurun di pergunakan untuk berperang melawan penjajah, terakhir kalinya di Tahun 1950 saat penjajahan Jepang dan Belanda kembali Pedang Daeng dipergunakan. Pedang Ida Bagus Pancoran ini di muat pada tahun 1950 lebih dibuat oleh warga Loloan Timur untuk menjelajahi Desa Loloan, pedang ini juga digunakan pada saat perjuangan melawan tantara Jepang dan Belanda sampai Indonesia merdeka,” terangnya. Sabtu (30/7/20220.

Sementara terkait Festival Budaya Loloan Tempoe dulu tersebut Kordinator Pantitia Festival Budaya Loloan bernama Fahrul Mahali didampingi oleh Siti Syuhda menerangkan, yang ditonjolkan pada festival kali ini adalah tradisi budayanya untuk mengenalkan kepada anak-anak muda da kepada masyarat yang sudah lupa dengan tradisi budaya.

“Disinilah mereka diingatkan kembali, mengenang kembali budaya kita jaman dulu. Festival budaya ini kita ambil moment di tahun baru hijriah untuk mengingat Loloan Jaman Lame, jadi setiap tahun tetap kita mengambil di tanggal 1 muharram tahun baru Islam 1444 Hijriah,” terangnya.

Fahrul melanjutkan, festival budaya ini, merupakan yang keempat kalinya dilaksanakan yang dimulai dari tahun 2017 sempat terhenti dikarenakan pandemi Covid-19 selama 2 tahun tidak diadakan. “Seluruh kebudayaan dari jaman dulu sampai sekarang kita tampilkan disini, mulai dari kuliner, ritual keagamaan, kesenian-kesenian seperti alat kesenian kemudiam benda-benda kuno bersejarah seperti prasasti tentang penyerahan wakaf tanah masjid, alqur’an tulisan tangan, senjata kuno pada saat perjuangan,” bebernya.

Kemudian juga, imbuhnya ditampilkan gaya hidup dulu seperti rokok jaman dulu, nginang, menumbuk dari padi menjadi beras, ini semua sudah ada standnya masing-masing. “Terkait benda-benda bersejarah yang ditampil di festival tersebut ia mengaku barang-barang kuno seperti senjata dan lainnya di simpan oleh warga kecuali prasasti dan alqur’an disimpan di masjid,”tutupnya. (BB)