Pastika Ingatkan Pentingnya Sertifikasi Hasil Kerajinan untuk Tembus Pasar Ekspor

  18 September 2016 EKONOMI Denpasar

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengingatkan pentingnya sertifikasi hasil kerajinan khususnya yang berbahan dasar kayu agar bisa menembus pasar ekspor. Penekanan tersebut disampaikan Pastika dalam orasinya pada Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala Renon, Minggu (18/9/2016).

Pastika mengungkap, dewasa ini pasar ekspor menerapkan aturan yang ketat dalam menerima hasil kerajinan berbahan kayu. “Pasar hanya mau menerima hasil kerajinan yang bahan dasarnya bukan dari praktek pembalakan liar dan tak merusak lingkungan,” bebernya. Karena itu, Pemprov Bali melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan aktif melakukan sosialisasi dan memfasilitasi para perajin agar mengurus sertifikasi. Melalui berbagai upaya yang dilakukan, Pastika berharap parta perajin dapat lebih mudah dalam mengurus sertifikasi untuk produk mereka.

Selain bicara mengenai pentingnya sertifikasi hasil kerajinan, dalam kesempatan itu Pastika juga menyoroti proses penyaluran Raskin (beras miskin). Dia menyayangkan masih adanya oknum kepala desa yang menerapkan pola bagi rata dalam penyaluran beras bagi RTS ini. Dengan asumsi semua warga punya tanggung jawab yang sama di desa, Raskin yang seharusnya hanya diperuntukkan bagi mereka yang miskin diberikan pula kepada warga yang notabene sudah mampu. “Saya sangat berharap kesadaran kita semua untuk mengawal penyaluran Raskin agar diterima oleh mereka yang benar-benar berhak,” ujarnya.

Pada bagian lain, Gubernur Pastika juga menginformasikan berbagai upaya yang terus dilakukan Pemprov Bali dalam menekan angka kemiskinan. Salah satu program yang hingga saat ini terus dilakukan adalah bedah rumah. “Selama tujuh tahun pelaksanaan Program Bali Mandara, Pemprov telah menuntaskan 14 ribu unit bedah rumah. Jika rata-rata satu unit membutuhkan dana Rp. 30 milyar, total dana yang telah kita keluarkan mencapai Rp. 420 miliar,” imbuhnya. Pastika berkomitmen mengoptimalkan program ini karena mengacu data BPS masih ada 1.600 rumah tak layak huni yang perlu diperbaiki. Dalam orasinya, Pastika juga menyampaikan apresiasi atas kepedulian dan keikutsertaan berbagai pihak dalam program bedah rumah. Secara khusus, dia menyampaikan terima kasih kepada kalangan media yang banyak memberikan informasi terkait keberadaan warga miskin yang masih hidup di rumah tak layak huni.

PB3AS yang berlangsung dalam suasana hari raya ini juga diwarnai penyampaian aspirasi dari Ida Bagus Suda dari Marga Tabanan. Dalam orasinya, dia menyoroti kerusakan jalan yang masih dijumpai pada sejumlah ruas jalan di Bali. Dia berharap pemerintah menaruh perhatian terhadap persoalan ini. “Kalau memungkinkan, mohon jalan semuanya diaspal. Jangan hanya fokus pada kemiskinan,” ujarnya. Menanggapi aspirasi Ida Bagus Suda, Gubernur Pastika memberi pemahaman bahwa ada batasan kewenangan dalam peningkatan kualitas jalan. “Ada jalan nasional, provinsi dan kabupaten/kota,” ujarnya. Kata Pastika, Pemprov dapat membantu perbaikan jalan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota melalui dana BKK. “Jika memang ada jalan rusak yang ingin diperbaiki, harus ada usulan dulu dari masyarakat kepada bupati atau walikota. Selanjutnya Bupati atau Walikota meneruskan permohonan itu ke provinsi. Jika memang ada dana, kita bantu melalui Bantuan Keuangan Khusus (BKK),” jelas Pastika. Sementara Prof. Ketut Sukardika yang tampil berikutnya berorasi tentang pentingnya gerakan reformasi mental di kalangan anak muda.

Sejumlah SKPD juga memanfaatkan kegiatan PB3AS minggu ini untuk mensosialisasikan program kerja. Kabid Industri Disperindag Bali Gede Wayan Suamba memaparkan berbagai langkah yang telah dilakukan untuk mendorong kemajuan industri kerajinan. Menurut Suamba, keberadaan industri kecil memegang peranan penting bagi kemajuan perekonomian Bali. Jumlahnya yang mencapai 12.236 unit dan tersebar di seluruh Bali mampu menyerap 93 ribu tenaga kerja. “Ekspor produk kerajinan juga menunjukkan perkembangan positif. Pada periode Januari hingga Juni 2016, nilai ekspor industri kerajinan telah mencapai 290 juta USD,” uangkapnya. Mengingat strategisnya peran sektor ini, Disperindag Bali terus berupaya melakukan pembinaan terhadap pelaku industri kecil. Selain mendorong diversifikasi produk dan desain, pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi tentang pentingnya pendaftaran HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). “Kita sudah punya Klinik HAKI di Disperindag. Silahkan daftarkan merk, hak cipta atau desain kerajinannya agar tak mudah dijiplak,” imbuhnya.

Di lain pihak, Kabis Cipta Karya Dinas pekerjaan Umum Provinsi Bali I Nengah Riba menginformasikan perkembangan rencana pembangunan GOR Berstandar Internasional di Banjar Cengkiling, Desa Pecatu, Kabupaten Badung. Untuk memajukan dunia olah raga, kata Riba, Pemprov Bali tetap komit mengawal rencana tersebut. Bahkan, rencana itu sudah masuk dalam tahap Feasibility study. Riba menambahkan, GOR itu akan dibangun di atas lahan Pemprov seluas 24 hektare. Mengacu pada kalkulasi yang telah dilakukan, pembangunan GOR diperkirakan menelan anggaran cukup besar yaitu mencapai Rp. 1,6 trilyun. “Karena kebutuhan anggaran yang cukup besar, dibutuhkan kerjasama dengan pihak ketiga untuk dapat segera mewujudkannya,” pungkasnya.(BB)