Parisada Ajak Umat "Menyama Braya" Maknai Galungan

  07 September 2016 TOKOH Buleleng

google_images

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Buleleng. Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Buleleng, Bali, mengajak umat untuk menggelorakan semangat "menyama-braya" atau kebersamaan bergoyong royong memaknai Hari Raya Galungan.

 

"Kami ajak umat Hindu untuk selalu menerapkan konsep itu menjadi kinerja yang nyata guna memaknai hari kemenangan ini," kata Ketua PHDI Kabupaten Buleleng, Dewa Nyoman Suardana di Singaraja, Selasa (6/9/2016).

 

Menurut dia, semangat menyama braya itu bisa diterapkan melalui lingkungan terkecil salah satunya dari keluarga seperti bersama-sama membuat "penjor" atau bambu yang dirangkai dengan hiasan janur dan beberapa hasil bumi.

 

Penjor tersebut biasanya dipasang sehari sebelum Galungan yang melambangkan raya syukur kepada Para Dewata yang berstana di Gunung Agung atas berkah hasil bumi yang diberikan.

 

"Filosofi kebersamaan membuat penjor itu bisa diterapkan di lingkungan yang lebih besar seperti `banjar` (dusun) atau desa," katanya.

 

Selain itu, sehari menjelang Galungan atau disebut "Penampahan Galungan", maknanya mengeliminir elemen keburukan atau musuh-musuh dalam manusia itu sendiri yang juga disemarakkan dengan semangat kebersamaan.

 

Biasanya dilakukan dengan menyembelih hewan kurban seperti babi yang digunakan sebagai persembahan.

 

"Penyembelihan hewan kurban itu juga dilakukan secara bersama-sama sehingga ini dapat memupuk rasa `menyama braya`," ucapnya.

 

Dia menilai meningkatkan rasa "menyama brama" merupakan momentum yang tepat memaknai Galungan mengingat di era globalisasi saat ini tidak menutup individualistik masyarakat, sifat yang seharusnya dieliminir dalam kehidupan sosial.

 

Suardana juga mengimbau umat Hindu untuk melakukan introspeksi dan melakukan pengendalian diri menjadi manusia yang lebih baik menyambut Hari Raya Galungan.

 

Hari Raya Galungan jatuh pada Rabu (7/9) yang dimaknai sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma atau keburukan.

 

Saat merayakan Galungan, umat Hindu melakukan persembahyangan ke sejumlah pura atau tempat suci. (BB/ant)