60 % Adopsi Otomatisasi, 30 % Pakai Teknologi Digital‎

Menaker Yakin 5 Tahun Mendatang‎ 52,6 Juta Pekerjaan Diganti Robot

  08 Oktober 2018 OPINI Denpasar

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Di era modern selalu ada teknologi baru setiap tahunnya dan salah satu fakta yang terus membuat khawatir para karyawan kantoran adalah munculnya tenaga kerja robot. Bahkan, sepuluh hingga dua puluh tahun mendatang, ada lebih dari 50 persen jenis pekerjaan yang akan digantikan oleh automasi atau teknologi. 
 
 
Hal itu diantaranya pekerjaan seperti auditor, paralegal, teller, dan telemarketer masih banyak lagi. Hal ini disebabkan upah karyawan yang kian meninggi, membuat beberapa perusahaan di masa depan, khususnya pabrik otomotif, kemungkinan lebih banyak menggunakan teknologi robotika.
 
Hal itu juga diakui oleh Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri saat membuka Forum Hubungan Industrial 2018 dengan tema “Penguatan Dialog Sosial Menghadapi Tantangan di Era Revolusi Industri 4.0” di Sanur, Denpasar, Senin 8 Oktober 2018.
 
Hanif menilai revolusi industri 4.0 yang dimotori inovasi otomasi, super computer, robot, artificial intelligence dan modifikasi genetik telah membawa perubahan di berbagai bidang, salah satunya memunculkan ekonomi berbasis digital.
 
"Bila kita mampu memanfaatkan potensi ekonomi digital dengan sebaik-baiknya, maka Indonesia berpeluang menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru dunia," ucap Hanif.
 
 
Menurut Hanif, hal itu mengingat tingginya pengguna jaringan internet di Indonesia yang menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2017 mencapai sekitar 143 juta penduduk.
 
Ket foto: Menteri Ketenagakerjaan, Hanif Dhakiri
 
"Pemanfaatan teknologi digital turut berdampak positif dalam mendorong tumbuhnya generasi milenial menjadi pemimpin dalam e-commerce, startup dan pengembangan ekonomi digital lainnya," ungkap Hanif.
 
Pada tahun 2020 Indonesia akan mulai memasuki fase bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non produktif. Dan puncaknya diperkirakan terjadi pada tahun 2030-2035. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa digitalisasi ekonomi juga berdampak terhadap perubahan dan pergeseran tenaga kerja.
 
"Hasil studi McKinsey (2016) menyebutkan bahwa dalam 5 tahun ke depan sebanyak 52,6 juta lapangan pekerjaan akan tergantikan oleh otomatisasi yang mengikuti global trend, dimana 60 persen pekerjaan akan mengadopsi sistem otomatisasi dan 30 persen akan menggunakan mesin berteknologi digital," jelas Hanif.
 
 
Seperti diketahui, sebanyak 800 juta pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaannya pada 2030 dan akan digantikan oleh robot automasi. Hal tersebut dilaporkan oleh McKinsey Global Institute dimana studi yang dilakukan terhadap 46 negara dan 800 jenis pekerjaan itu menemukan, seperlima angkatan kerja global akan terpengaruh adanya automasi.
 
McKinsey menyebut, sepertiga dari angkatan kerja di negara-negara kaya seperti Jerman dan Amerika Serikat mungkin butuh dalam melatih warganya untuk memiliki keterampilan lain. Menurut laporan tersebut, operator mesin dan pekerja pangan akan terkena dampak terparah.
 
Sementara itu, negara-negara miskin yang hanya menginvestasikan di bidang robot automasi dalam jumlah kecil hanya sedikit terdampak. Misalnya saja India yang hanya sembilan persen pekerjaan di negara asal Bollywood itu yang akan digantikan oleh teknologi.(BB).