Kota Bangli Dilanda Wabah Demam Berdarah!

  19 Juli 2016 KESEHATAN Bangli

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Bangli. Warga Kota Bangli benar-benar resah akibat mewabahnya kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD). Hal itu terpantau oleh baliberkarya hingga Selasa (19/7/2016).      
                                      
Keresahan warga sangat terasa menyusul keluar masuknya satu per satu anggota keluarga mereka dari dan ie rumah sakit, baik RSUD Bangli maupun RS Swasta yang ada di Bangli. Bahkan tak sedikit pula yang menjalani perawatan di RS-RS di luar Bangli.    
 
Berdasarkan data yang berhasil dihimpun,selama periode Juni-Juli jumlah kasus DBD diderita warga Br.Blungbang sebanyak 20 kasus dan meninggal 1 orang, Br.Pule 45 kasus, Br.Kawan 20 kasus, Br.Geriya 45 kasus, Puri Kanginan 12 kasus, Puri  Agung 7 kasus, dan Br.Nyalian 4 kasus.                                                               
Salah seorang tokoh masyarakat Kota Bangli, Komang Suarsana, mengharapkan pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan lebih menggalakkan pencegahan dan penanganan kasus DBD ini.  
 
"Memang fogging sudah dilakukan, tetapi kasus juga terus muncul. Perlu ada kajian lebih intens terkait penyebaran virus DBD ini ternasuk terobosan untuk membasminya," ujar warga Br.Blungbang yang juga seorang dokter hewan itu.                                          
 
Selama ini fogging dilakukan setelah ada laporan kasus disampaikan ke Dinas Kesehatan.  Jika memang keadaannya sudah darurat seperti saat ini, menurut Suarsana, perlu dipertimbangkan untukmelakukan fogging secara serentak di seluruh wilayah Kota Bangli.  "Diskes bisa membangun kerjasama dengan banjar atau lingkungan untuk mengerahkan tenaga memerangi virus DBD," ujarnya.
                                                            
Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia, pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit menulardalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka" . Hal itu sesuai dengan idi UU 4/1984 tentang kesehatan.
                                       
Menurut Suarsana, jika tak ada terobosan yang cepat, dikhawatirkan kasus akan terus meningkat. "Terlebih dengan RSUD dengan kapasitas terbatas tak mampu menampung pasien dalam jumlah besar. Tim medis juga sering kewalahan," tandasnya. 
    
Sebelumnya diberitakan, pasuen penderita demam berdarah (DB) di RSUD Bangli membeludak sejak beberapa waktu tetakhir. Akibatnya, pihak rumah sakit terpaksa harus memanfaatkan ruang dan kamar yang ada seoptimal mungkin. Tujuannya jangan sampai ada pasien yang dirawat di lorong. Termasuk menggunakan kamar di Wing UGD dan Ruang Observasi.
 
Informasinya, lantaran banyaknya pasien DB, antrean bahkan sempat mencapai 1 banding 9 (1 : 9) dengan kamar yang  ada. Maksudnya 1 kamar diantrea oleh 9 orang pasien. Namun belakangan menurun, hingga kini perbandingannya mencapai 1 : 2. Karena itulah pihak RSUD terpaksa harus memanfaatkan ruang Wing UGD dan Ruang Observasi.
 
Pihak RSUD Bangli membenarkan membeludaknya pasien DB sejak sepekan belakangan. Data pada akhir Juni 2016 jumlah pasien yang dirawat di RSUD Bangli sebanyak 31 orang.  Dari jumlah tersebut sebagian besar dirawat di ruang Cempaka.  
 
Pasien DB tersebut dominan berasal dari Kecamatan Bangli, Tembuku, disusul Kecamatan Susut dan Kintamani. Sedang total dalam sepekan ini, jumlah pasien DB yang ditangani RSUD Bangli sebanyak 51 orang.
 
Wakil Direktur Umum Keuangan dan SDM RSUD Bangli dr I Putu Ganda Wijaya, menyatakan, sejauh ini sejauh ini diupayakan jangan sampai ada pasien yang dirawat di lorong-lorong RSUD. 
 
“Kami optimalkan ruangan yang ada,” ujarnya seizin Direktur RSUD Bangli dr Wayan Sudiana. Karena itulah, pihak RSUD melakukan pengaturan sedemikian rupa dengan memanfaatkan ruangan yang ada. “Syukurlah masih bisa,” imbuh Ganda Wijaya.  
 
Memang keseluruhan jumlah kamar di RSUD Bangli sebanyak 177. Namun kamar tersebut, juga diperuntukkan bagi pasien penderita penyakit lain dan fungsi–fungsi layanan RSUD lainnya, tak semata untuk perawatan pasien DB. Lepas dari itu, jika memang ada gejala DB, seperti panas badan tak turun walau sudah beri obat penurun panas, warga diharapkan segera periksa dan cek lab. 
 
“Jika sampai hari ketiga panas badannya tak turun, langsung cek lab,” ucap Ganda Wijaya.(BB)