Kopmas Desak Pemerintah Pastikan Stok 'ARV' Cukup

  13 Desember 2018 KESEHATAN Nasional

Istimewa for Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Nasional. Ketua Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas), Arif Hidayat, mendesak Kementerian Kesehatan memastikan ketersediaan obat antiretroviral (ARV) jenis, Tenofovire, Lamivudin dan Efavirenz (TLE) bagi penderita HIV/AIDS mencukupi.
 
 
“Dengan demikian orang dengan HIV-AIDS atau ODHA bisa tetap produktif serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya,” kata Arif di Jakarta, Kamis (13/12).
 
Desakan Kopmas itu mencuat menyusul adanya simpang siur informasi perihal ketersediaan obat ARV di Indonesia. Kementerian Kesehatan mengklaim stok  ARV jenis TLE cukup. 
 
Menurut Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan, Wiendra Woworuntu, Global Fun memasok 220.000 botol obat untuk ODHA, untuk kebutuhan sampai Maret 2019. Bahkan, Kementerian Kesehatan telah mengajukan tambahan 29.000 botol untuk kebutuhan sampai Juni 2019.
 
Namun ARV Community Officer Indonesia AIDS Coalition, Irwandy Widjaja, punya catatan berbeda. Menurut Irwandy, stok ARV jenis TLE bekalangan menipis di sejumlah daerah, seperti Medan, Surabaya, Semarang dan Makasar.
 
 
 
Arif Hidayat menegaskan, jika ketersediaan ARV benar menipis maka ini merupakan ‘ancaman’ bagi para ODHA. “Jumlah virus HIV dalam tubuh  mereka akan bertambah, kebebalan tubuh mereka tentu semakin menurun,” katanya.
 
Karenanya, Kopmas mendesak Kementerian Kesehatan untuk memastikan stok ARV betul-betul mencukupi. Selama ini pemerintah menyedikan ARV  secara cuma-cuma bagi para ODHA. ARV bisa didapatkan gratis di rumah sakit dan  puskesmas yang ditunjuk.
 
 
Kekhawatiran Kopmas bukan tanpa alasan. Sebab, menurut Direktur Eksekutif Indonesia AIDS Coalition, Aditya Wardana, belakangan ini kerap kali terjadi kekurangan stok ARV.
 
Sampai sat ini HIV/AIDS masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Ketika di banyak negara penularan HIV  menunjukkan penurunan, di Indonesia justeru sebaliknya.(BB)