Kode M dalam Kudeta Demokrat, Mudarta Yakin "Invisible Hand" dan "Blue Moon" Menangkan AHY di 2024

  13 Maret 2021 POLITIK Denpasar

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bersama Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta.

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Bali Made Mudarta meyakini bahwa tidak ada yang kebetulan di alam semesta ini. Politisi yang suka spritual ini juga menegaskan percaya atau tidak, alam semesta diyakini punya caranya tersendiri bekerja untuk sesuatu hal, termasuk juga dalam hal fenomena politik.

Politisi asal "Bumi Mekepung" ini menuturkan rentetan momen politik yang menyita perhatian publik dan mengejutkan dunia seperti kemenangan "partai biru" Partai Demokrat dan Joe Biden di Pemilihan Presiden (Pilpres) AS 2020, hingga kudeta militer di Myanmar yang dilakukan oleh Jenderal Senior Min Aung Hlaing awal tahun 2021.

Di Indonesia, kata Mudarta, tak kalah viralnya adalah kudeta atau Gerakan Pengambilalihan Kepemimpinan Partai Demokrat (GPK-PD) yang dilakukan oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (purn) Moeldoko dari Ketua Umum Partai Demokrat yang sah yaknk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). 

Bagi Mudarta, kudeta kepemimpinan Partai Demokrat dilakukan melalui KLB (Kongres Luar Biasa) Ilegal yang digelar di Deli Serdang, Medan, Sumatera Utara, Jumat, 5 Maret 2021 adalah kehendak alam yang menyiratkan adanya "invisible hand" atau kekuatan di luar kehendak manusia yakni kekuatan alam yang sedang bekerja dengan skenario untuk menciptakan momen lain demi kejayaan Partai Demokrat yang sah dibawah komando Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Jika dicermati lebih dalam dan menggunakan logika hukum alam bahwa rentetan momen politik tersebut menyiratkan adanya "invisible hand" atau kekuatan di luar kehendak manusia yakni kekuatan alam yang sedang bekerja dengan skenario untuk menciptakan momen lain yang tak kalah dahsyatnya," ucap Mudarta kepada awak media kepada Baliberkarya.com.

Lebih jauh Mudarta menjelaskan bahwa salah satu benang benang yang bisa ditarik dari aksi kudeta Partai Demokrat ini dan bekerjanya kekuatan alam untuk partai biru berlambang mercy ini yakni adanya Kode "M". Hal ini jika dikaitkan dengan fenomena "Blue Moon" yang memberikan isyarat kembalinya kejayaan partai biru di kancah politik. Fenomena Blue Moon sendiri telah terbukti di Pilpres AS yang dimenangi oleh "partai biru" Partai Demokrat dan Joe Biden.

"Fenomena alam ini dan analisanya jika kudeta Partai Demokrat, Kode "M" dan fenomena "Blue Moon" akan berujung pada menangnya Partai Demokrat yakni "partai biru" berlambang mercy di Pileg dan Pilpres Indonesia 2024," ungkapnya.

Adapun benang merah "Kode M" ini pada kudeta Partai Demokrat di Indonesia, lanjut Mudarta menganalisis atas skenario bekerjanya kekuatan alam dari aksi kudeta militer Myanmar yang dilakukan Jenderal Senior Min Aung Hlaing awal tahun 2021. Dari sini "Kode M" muncul dari huruf awal kata Myanmar dan nama Jenderal Min yakni huruf M.

Foto: Ketua DPD Partai Demokrat Bali Made Mudarta.

Mudarta menerangkan kudeta Partai Demokrat di tanah air melalui KLB ilegal di Medan, Sumut yang menetapkan KSP (Kepala Staf Presiden) Jenderal (purn) Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang dan melengserkan Ketua Umum Umum Partai Demokrat yang sah yakni AHY. KLB ilegal ini diinisiasi oleh mantan kader Demokrat yang sudah dipecat seperti Jhoni Allen Marbun, Marzuki Alie, dan Max Sopacua yang semuanya berkode M.

Dari KLB inilah viral istilah Jenderal mengkudeta Mayor yang merujuk pada Jenderal (purn) Moeldoko yang notabene mantan Panglima TNI di era Presiden SBY, sedangkan AHY juga merupakan mantan perwira TNI dengan pangkat terakhir mayor. AHY mundur dari TNI sebab memilih maju sebagai Calon Gubernur di Pilkada DKI Jakarta 2017.

Mudarta menilai kembalinya 'Kode M' muncul pada nama Moeldoko yang mengkudeta Mayor AHY, hingga pada bulan dan nama tempat terjadinya KLB serta pada para nama inisiator KLB berkode M.

"Kode M" ini juga diyakini terkait dengan satu kata "mantra sakti" dalam politik yakni "Menang." Tentu semua partai politik ingin menang di Pileg dan Pilpres 2024, begitupun Partai Demokrat yang dari hasil sejumlah lembaga survei elektabilitasnya terus meroket hingga masuk tiga besar," terangnya.

Mudarta pun membeberkan hasil survei dari Indonesia Development Monitoring (IDM) tentang elektabilitas partai politik di Indonesia menyebutkan elektabilitas Partai Demokrat meroket ke tempat ketiga dengan perolehan 11,6 persen. Nah seiring dengan elektabilitas Partai Demokrat yang meroket, nama AHY sebagai Capres di Pilpres 2024 juga semakin moncer. 

"Bahkan sejumlah lembaga survei menempatkan elektabilitas AHY sebagai Capres di 2024 masuk jajaran empat besar," tuturnya.

Mudarta juga membeberkan hasil survei terbaru yang dilakukan oleh IndEX Research menunjukkan nama Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY masuk empat besar capres 2024. 

"Hasil survei ini mengungkapkan seiring polemik Partai Demokrat, nama AHY yang awal mulanya di papan bawah, dalam 4 bulan terakhir melesat ke empat besar," bebernya.

Berdasarkan sejumlah lembaga survei, Mudarta mengaku elektabilitas AHY hanya di bawah Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (20,4 persen) di posisi teratas, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (14,1 persen) di posisi kedua dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di posisi ketiga (13,5 persen).

Mudarta pun sangat meyakini meroketnya elektabilitas Demokrat dan AHY diyakini tidak terlepas dari fenomena "Blue Moon" dimana pada 31 Oktober 2020 lalu ada fenomena alam Blue Moon (Bulan Biru) yakni cahaya bulan biru yang hanya terjadi setiap 19 tahun sekali.

Dengan adanya fenomena alam "Blue Moon" khusus bulan Oktober 2020 terjadi bulan purnama sebanyak dua kali yakni pada 2 Oktober 2020 dan 31 Oktober 2020 yang juga bertepatan dengan peringatan Halloween. Bagi Mudarta, dengan adanya "Blue Moon" yang hanya terjadi 19 tahun sekali, makna spiritualnya partai politik berwarna biru seperti Partai Demokrat trendnya naik.

"Fenomena Blue Moon ini kejadian langka, tanda partai politik warna biru cerah, buktinya partai Demokrat di AS menang Pilpres, menangi Kongres, dan Senat," jelas politisi Demokrat yang dikenal santun dan ramah tersebut.

Mudarta pun optimis, dengan berbagai rentetan momen politik tersebut dan juga meroketnya elektabilitas AHY setelah KLB dan dikudeta Moeldoko, alam semesta rupanya sedang bekerja untuk Demokrat. Darisinilah Mudarta makin meyakini adanya kekuatan alam untuk membawa Demokrat dan AHY menang di Pileg dan Pilpres 2024.

"Mayor AHY disayang Tuhan, di balik kejadian ini (kudeta Partai Demokrat) jalan Mayor AHY menuju 2024 dimudahkan, Partai Demokrat dan AHY bisa eksis, makin dicintai rakyat, dan berjaya lagi 2024. Jadi ini ujian kepada Mayor AHY untuk makin matang di 2024. Ini hikmah kudeta Partai Mercy," kata Mudarta optimis.

Mudarta juga yakin bekerjanya alam untuk Partai Demokrat dengan mengaitkan kudeta terhadap Partai Demokrat dengan konflik antara Megawati Soekarnoputri dengan Soerjadi yang terjadi di tubuh Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1996. Pada tanggal 22 Juni 1996 dilaksanakan Kongres Luar Biasa Partai Demokrasi Indonesia (KLB PDI) di Medan, yang berhasil menurunkan dan mengganti Megawati Soekarnoputri dari Ketua Umum PDI hasil Kongres Surabaya 1993 untuk kepengurusan periode 1993-1998 dan menetapkan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI.

Mudarta berpandangan konflik antara Megawati Soekarnoputri dengan Soerjadi di PDI dengan memberikan ilustrasi bahwa upaya pengambilalihan kepemimpinan Partai Demokrat atau kudeta yang dilakukan Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko sebagai pejabat negara melibatkan pihak kekuasaan di pemerintahan.

Mudarta menilai KLB tersebut juga bukan hanya permasalahan internal PDI atau konflik antara kubu Megawati dan kubu Suryadi, tetapi ada campur tangan dan pelibatan pihak eksternal, dalam hal ini elemen pemerintah. Sebab KLB PDI waktu itu dibuka dan ditutup oleh Menteri Dalam Negeri Yogie S Memed. Akhirnya Megawati mendirikan PDI Perjuangan dan setelah "dizolimi" malah Megawati dan PDI Perjuangan meraih kejayaan tiga tahun berselang dari KLB. PDI Perjuangan menang di Pemilu 1999.

Berdasarkan hal itu, Mudarta yakin dari fakta sejarah konflik di PDI lagi-lagi ada benang merah "Kode M" yang semakin menguatkan tanda-tanda alam bahwa "invisible hand" kekuatan alam sedang bekerja untuk Partai Demokrat menang di Pileg dan Pilpres 2024.

"Kode M itu sakral karena nyambung dengan fenomena Blue Moon dimana partai biru diberikan jalan. Tentu jelas tanda-tanda alam "partai biru" atau partai berlambang mercy yakni Partai Demokrat menang di 2024," tegas Mudarta optimis.(BB).