Kasihan! Derita Kanker Getah Bening Zainal Warga Miskin Pasrah, Mohon Bantuan Para Dermawan

  22 Januari 2019 SOSIAL & BUDAYA Jembrana

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Zainal Abidin (34), kini hanya bisa pasrah dan berserah kepada Hyang Kuasa. Terbaring lemah, dengan pandangan sayu. Sekali-kali dia memandangi wajah anak-anaknya yang masih kecil saat sedang bermain di dekatnya. Dalam hatinya bergumam, "maafkan bapak nak belum biasa bahagiakan kalian, karena kondisi bapak seperti ini".
 
 
Kalimat itu sering diucapkan pria asal Banjar Munduk Parangan, Desa Banyubiru, Negara dalam hati. Dia merasa tidak berguna sebagai kepala keluarga karena kondisinya yang terserang penyakit parah. Zainal Abidin yang tercatat sebagai keluarga kurang mampu sejak dua tahun lalu didiagnosa mengidap penyakit kanker getah bening.
 
"Dengan penyakit saya ini, terkadang saya berpikir tidak ada artinya saya sebagai kepala keluarga. Praktis tidak bisa mencari nafkah untuk istri dan anak-anak saya. Jangankan untuk mencari nafkah untuk berjuang dengan penyakit saja sudah kuat," ujarnya lirih saat ditemui wartawan, Selasa (22/1/2019).
 
Dengan kondisinya yang lemah tersebut, dia mengaku hanya bergantung kepada orang tuanya. Sementara istrinya jarang bekerja karena harus mengurus dirinya dan kedua anaknya yang masih kecil. Zainal Abidin saat ini untuk makan dan minum harus melalui selang dan itu harus mendapat perhatian serius dari istrinya.
 
 
 
"Rumah yang saya tempati ini adalah milik orang tua saya. Sedangkan saya belum punya rumah. Untuk keperluan sehari-hari kami dibantu orang tua. Kasihan bapak dan ibu saya mereka hanya buruh serabutan," tuturnya ditemani istri dan kedua anaknya.
 
Ya, Zainal dan istri serta kedua anaknya tinggal di rumah orang tuanya. Rumahnya sangat sederhana, bahkan tidak layak huni karena berdinding gedeg dan atap yang telah bocor di sana-sini. Jika hujan, pasutri ini sudah pasti kehujanan. 
 
Tubuh Zainal kian hari semakin kurus. Bahkan kini tubuhnya tinggal tulang dan tiap hari hanya bisa berbaring lemas. Dia juga harus menjalani kemoterapi sejak 2 tahun lalu sehingga Zainal sebagai kepala keluarga tidak bisa lagi menafkahi istri dan anaknya.
 
Zainal dan keluarga juga kerap minta bantuan pada adik dan kerabatnya karena harus ngekos di Denpasar selama dua tahun agar bisa rutin kemo di RS Sanglah. Pasutri ini juga kerap meminjam uang kepada kerabatnya untuk berobat dan untuk kebutuhan sehari-hari.
 
 
 
Zainal berobat dengan BPJS mandiri senilai Rp25 ribu/bulan karena tidak mendapat KIS meski mereka dari keluarga tidak mampu. Ditengah penderitaannya itu, dia masih bersyukur memiliki istri yang setia dan sabar merawatnya dan anak-anaknya. 
 
Haufa ibu kandung Zainal Abidin mengatakan mereka tidak masuk daftar KK miskin dan tidak pernah mendapat bantuan apapun meski anaknya sakit parah dan lumpuh secara ekonomi. Entah apa pertimbangan pemerintah sehingga tidak tercatat sebagai warga miskin. Yang jelas dia sudah pernah mengajukan bantuan, namun tidak mendapat tanggapan.
 
Mereka berharap mendapat bantuan dari pemerintah dan juga kepedulian para dermawan untuk membantu pengobatan Zainal, mengingat anak-anaknya masih kecil dan masih membutuhkan kehadiran seorang ayah, demi masa depannya.
 
Sementara itu, Perbekel Banyubiru Masturi dikonfirmasi wartawan lewat ponselnya mengatakan sedang ada di kota Negara. Dia mengatakan pihaknya akan mencoba mengusulkan Zainal Abidin agar mendapat bantuan KIS dan lainnya.(BB)