Ini Baru Mantap! Jembrana Raih Penghargaan Kalpataru dan Adiwiyata 2017

  07 Agustus 2017 PERISTIWA Jembrana

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Kabupaten Jembrana sukses menyabet penghargaan lingkungan hidup tingkat nasional. 
 
Penghargaan yang cukup bergengsi bagi lingkungan ini diserahkan langsung Presiden RI Joko Widodo dalam serangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup, Rabu (2/8) lalu di Jakarta.
 
Penghargaan itu diberikan kepada  Kelompok Pelestari Penyu ( KPP) Kurma Asih Banjar Mekarsari, Desa Perancak, Jembrana, meraih Kalpataru kategori penyelamat lingkungan dan SMPN 2 Negara yang meraih penghargaan Adiwiyata mandiri tahun 2017. 
 
 
Kalpataru adalah sebuah penghargaan yang diberikan kepada individu atas perhatian yang luar biasa terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. 
 
KKP Kurma Asih ini salah satu dari 10 kelompok penerima penghargaan dari semua kategori dari seluruh Indonesia.
 
Sementara Adiwiyata  mandiri , sebuah penghargaan yang diberikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan karena menularkan budaya cinta dan peduli lingkungan terhadap sekolah lainnya.
 
Kordinator KPP Kurma Asih I Wayan Anom Astika Jaya mengatakan, KKP Kurma Asih mulai eksis lestarikan penyu sejak 11 juni 1997. Hal ini dirintis oleh ayahnya sendiri, I Wayan Tirta dimulai dengan penangkaran serta memberikan edukasi terhadap masyrakat. 
 
 
Sampai saat ini, Ia berhasil mengumpulkan 17.000 telur penyu lekang. Setelah ditetaskan, tukik-tukik tersebut akan langsung dilepaskan kepantai bersama-sama masyrakat, siswa maupun instansi sekaligus sebagai daya tarik wisata. 
 
“Penghargaan kalpataru ini semakin memotivasi kami bersama kelompok untuk terus membawa misi pelestarian penyu sekaligus mengedukasi masyrakat,” ujar Anom.
 
Atas torehan prestasi tersebut Bupati Jembrana I Putu Artha mengaku bersyukur sekaligus mengapresiasinya . Ia berharap prestasi yang diraih bisa dijadikan motivasi sekaligus ditularkan kepada masyrakat lainnya untuk ikut menjaga lingkungan. 
 
Ditegaskannya upaya menjaga lingkungan tidak akan bisa berhasil bila dilakukan satu pihak, namun perlu kesadaran bersama sama secara simultan. 
 
“Kita ingin upaya menjaga lingkungan timbul karena kesadaran bukan paksaan. Apabila semua ikut bergerak tentu akan lebih mudah dijaga,” tandasnya. 
 
Selain itu saat audiensi tersebut, Artha juga meminta desa adat turut serta terlibat dalam  pelestarian lingkungan dengan memberikan perlindungan dengan membuat perarem atau awig-awig. 
 
Hal ini disebutnya akan lebih memperkuat berbagai upaya menjaga lingkungan seiring dengan  perda – perda yang dimiliki pemerintah daerah terkait pelestarian lingkungan hidup.(BB)