Dapat 'Ampas' Bali 'Turun Kelas'. Ulah Tiongkok, Uang Tiongkok kembali ke Tiongkok

  17 Oktober 2018 OPINI Badung

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Bali dijual murah di Tiongkok. Hal ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama yakni tahun 2000 hingga kini dan terus semakin murah. 
 
Hal ini disampaikan pemerhati dan praktisi pariwisata I Wayan Puspanegara. Menurutnya hal ini harus dihentikan, karena jelas mendegradasi arah pengembangan kepariwisataan Bali yang berkualitas dan berkelanjutan. 
 
 
"Tidak asing bagi pelaku wisata apalagi di lingkungan para guide atau pramuwisata dengan istilah jual beli kepala murah untuk wisman Tiongkok dan itu sudah sejak lama, namun nyaris tak ada kebijakan apapun yang menghentikannya," ungkapnya Rabu (17/10).
 
Yang pasti ditengah-tengah tumbuhnya kunjungan wisman Tiongkok yang melampaui pertumbuhan wisman Australia telah diikuti oleh banyak persoalan diantaranya: guide asing (China) ilegal yang tumbuh masif di Bali yang nyaris tanpa terdeteksi, faktanya Bali kekurangan ribuan guide berbahasa Mandarin, dan hal ini dimanfaatkan oleh mereka, imbuhnya.
 
Rendahnya daya beli atau expenditure wisman Tiongkok yang cenderung datang bergroup ini membuat mereka diarahkan pada lokasi-lokasi aktivitas wisata &  belanja yang murah (rate hotel tertekan rendah atau daripada tidak terisi, restoran, toko oleh-oleh, dan objek wisata yg dikelola oleh orang Tiongkok atau pemilik Biro perjalanan wisata Tiongkok.
 
 
Ket foto : Pemerhati dan praktisi pariwisata yang juga politisi Golkar, I Wayan Puspanegara
 
"Umumnya peredaran uang hanya singgah di Bali tetapi kembali ke Tiongkok. Memang tidak semua wisman Tiongkok murah, ada juga yang non groupa atau FIT (Free independent Tourist) yang punya kelas datang ke Bali. Namun secara general umumnya mereka datang dalam group dan group-group inilah yang membeli paket wisata Bali murah meriah," ungkap pengusaha yang maju kembali bertarung menuju Pileg DPRD Badung untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Kuta Nomor Urut 2 ini.
 
Masalahnya adalah, BPW (biro perjalanan wisata) bisa melakukan sales mission yang mampu menekan harga kepada partnernya dalam hal ini akomodasi dan sarana pariwisata lainnya. Akibatnya daripada tidak ada traffic atau figure jadilah mereka terima rate rendah ini seperti yang umum terjadi di obyek wisata bahari yang merupakan kegemaran wisman Tiongkok dan sarana pariwisata lainnya pada musim low season. 
 
"Jadi adanya kondisi ini harusnya pemerintah daerah (Pemda) segera mengambil langkah langkah strategis dengan mengumpulkan semua agent dan biro perjalanan wisata Tiongkok yang beroperasi di Bali, konsulat Tiongkok. Demikian juga sarana & prasarana pariwisata lainnya yang selama ini menerima wisman Tiongkok untuk dilakukan konsolidasi, evaluasi dan pembinaan bahkan kalau perlu tindakan hukum," tandas politisi partai Golkar ini.
 
 
Kondisi ini, menurutnya tentu saja membuat Pariwisata Bali menjadi turun kelas dan sulit untuk tumbuh berkualitas. 
 
"Kita juga minta sudah pemerintah pusat untuk secepatnya mengambil langkah evaluasi terhadap perzinan agent dan biro perjalanan wisata yang khusus menangani Wisman Tiongkok Kalau perlu buat daftar hitam bagi BPW yang melakukannya dan telusuri agent yang online dan offline, jangan sampai pariwisata Bali jadi turun kelas," tegasnya.(BB)