Penlok JBC PLN di Jawa Telah Terbit

Cukupi Listrik Bali 15 Tahun Kedepan, Dibangun 'Jawa Bali Crossing' Berkapasitas 2.800 MW

  29 Januari 2018 EKONOMI Jembrana

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Untuk menghindari krisis listrik dan memenuhi pasokan serta kebutuhan listrik Bali, Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana membangun Jaringan Bali Crossing (JBC) dari Paiton melalui Gilimanuk, Jembrana hingga ke Antosari, Tabanan. PLN mentarget penyelesaian JBC itu rampung di tahun 2020 mendatang. 
 
 
Manager PLN UPP Ring JBTB 2, Indrayoga Suharto di lokasi rencana pembangunan tower JBC di Segara Rupek, Jembrana menyatakan secara teknis pihaknya sudah siap bahkan telah mengantongi penetapan lokasi (penlok) proyek JBC di Jawa. Meski di Jawa, telah terbit penlok namun ia mengakui di Bali belum ada penlok ditengah adanya sejumlah penolakan. 
 
"Kita masih berusaha mendapatkan penlok di Bali agar teman-teman di Bali bisa bergerak," ucap Indrayoga yang disebut-sebut bertanggung jawab atas pembangunan proyek JBC ini. 
 
 
Indrayoga mengungkapkan tinggi tower yang akan dibangun sekitar 376 meter dengan bentang kabel melintasi Selat Bali sekitar 2,68 km lintas, tinggi kabel dari permukaan laut sekitar 70 meter, selanjutnya akan masuk ke landing point di sisi Bali sekitar Segara Rupek. 
 
 
"Lokasi tower nantinya di sisi Bali yang ada di Taman Nasional Bali Barat (TNBB), tinggi tower juga sama yang ada di Jawa," ungkapnya.
 
Ia menjelaskan kabel transmisi sutet nantinya akan menuju arah Selatan hingga sampai di Antosari, Tabanan. Sedangkan bentang kabel di Selat Bali tidak akan mengganggu aktivitas maritim di daerah sekitar. 
 
 
"Untuk jalur lintas selat Bali kita sudah kantongi izin dari Kementerian Perhubungan. Dimana tinggi kapal yang melintas sekitar 42 meter, artinya kita masih punya jarak aman sekitar 28 meter," terangnya. 
 
Dan untuk memperlancar transmisi 500KV, ia menjelaskan melalui sekitar 514 tower sutet normal, tidak setinggi tranmisi dari Paiton ke Segara Rupek sebagai tower penyangga. Diharapkan dengan adanya pembangunan tower tersebut bisa memaksimalkan pasokan listrik dari Paiton ke Bali dengan total kapasitas 2.800 MW.
 
"Kalau di Jawa dari Paiton kabel akan melintasi lahan milik warga, Perhutani, dan Taman Nasional Baluran, sedangkan di Bali akan melintasi Taman Nasional Bali Barat (TNBB, juga lahan warga," jelasnya.
 
 
 
Ia juga memastikan pasokan listrik dari proyek JBC ini akan mencukupi kebutuhan listrik Bali 10 hingga 15 tahun ke depan. Dijelaskan lahan warga yang digunakan sebagai tapak tower akan dibeli PLN sedangkan lahan yang dilewati kabel transmisi akan diberikan kompensasi sesuai Permen ESDM No. 38 Tahun 2013, Tentang Kompensasi Atas Tanah, Bangunan dan Tanaman Yang Berada di Bawah Ruang Bebas Saluran Udara Tegangan Tinggi dan Saluran Tegangan Ekstra Tinggi. 
 
"Proses pembebasan lahan nantinya akan dilakukan pihak BPN, setelah itu selesai akan diserahkan pada PLN. Untuk di sisi Jawa izin atau penetapan lokasi sudah terbit baik itu untuk Probolinggo, Situbondo, maupun di Banyuwangi. Dan saat ini sedang dilakukan proses pembebasan lahan oleh BPN," jelasnya seraya memastikan untuk dua tower penyangga yang tingginya 376 meter sudah sangat aman karena menggunakan standar Internasional. 
 
Di tempat terpisah, Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat, Agus Ngurah Krisna Kepakisan yang wilayahnya rencananya dilintasi dan dijadikan tapak penyangga tower JBC mengatakan, tiang dan kabel yang melintas wilayahnya dibatasi di zona khusus. Senada dengan PLN, pihaknya pun telah melakukan kajian, salah satu yang mesti dimiliki yaitu dokumen Enviromental Management Plan (EMP). 
 
"Kita benar-benar memperhatikan potensi dampak bagi keanekaragaman hayati yang ada di TNBB ini. Proses untuk mendapatkan EMP sedang berlangsung. Untuk amdal sudah selesai, untuk EMP dilakukan oleh PLN selaku pelaksana. Lahan untuk tapak yang disediakan TNBB untuk proyek JBC diperkirakan mencapai  4,1 hektar mencakup 29 titik tower dengan panjang lintasan kabel sekitar 11 km," tegasnya.
 
 
 
Terkait ada beberapa kendala yang mesti diselesaikan pihak PLN, terutama adanya penolakan beberapa pihak, namun demikian PLN seperti yang disampaikan GM PLN Distribusi Bali, Nyoman Swarjoni Astawa dalam beberapa kesempatan menyatakan pihaknya siap membuka ruang diskusi bagi siapa saja yang ingin mengetahui lebih detail soal JBC. 
 
"Kita buka ruang diskusi bagi siapa saja yang ingin tahu lebih detail soal JBC," pungkasnya.(BB).