Menpar Fokus Digital Nomadic Tourism

Canggu Ternyata 'Digital Nomad' Nomer 1 Paling Disukai di Dunia

  23 Maret 2018 EKONOMI Badung

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Badung. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengungkapkan jika kawasan Canggu di Kabupaten Badung, Bali terpilih menjadi 'digital nomad' nomer satu yang paling disukai di dunia.
 
 
"Coba kamu search, ternyata digital nomad yang paling disukai di dunia adalah Canggu. Itu menunjukkan bahwa nomad tourism seperti itu laku dan digemari saat ini," kata Menpar Arief Yahya saat menjadi keynote speech pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kementerian Pariwisata (Kemenpar) I 2018, bertema ‘Digital Destination & Nomadic Tourism’, bertempat di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Jumat (23/3/2018).
 
Menpar Arief Yahya menjelaskan jika kawasan wisata Canggu, wisatawan selama ini merasa nyaman dan bisa menenangkan diri tapi masih bisa bekerja jarak jauh atau online. Digital Nomad adalah orang yang memanfaatkan internet dan bekerja secara mobile di lokasi-lokasi tertentu. 
 
"Digital nomad ini sebenarnya adalah kebiasaan dimana wisatawan yang tetap bisa bekerja tapi sukanya sambil traveling," jelasnya.
 
Menurut Menpar Arief Yahya, dipilihnya Canggu terpilih sebagai digital nomad yang paling disukai di dunia karena Canggu memenuhi dua syarat sehingga menjadi digital nomad nomer satu di dunia yaitu pertama adalah wisatawan ingin ketenangan dan kedua akses untuk conect internet tersedia dengan baik.
 
"Terpilih lantaran Canggu memenuhi dua syarat besar sebagai digital nomad favorit," ungkapnya.
 
 
Kemenpar, lanjut Menpar Arief Yahya, komitmen bersama Pemerintah Daerah dalam mengembangkan destinasi digital dengan target 100 pasar digital di 34 provinsi. Dan dukungan regulasi terhadap pengembangan 10 nomadic tourism (glamp camp, home pod, dan caravan) serta dukungan regulasi aksesibilitas untuk sea plane.
 
 
Menpar Arief Yahya menegaskan  digital destination dan nomadic tourism sebagai strategi untuk merebut wisatawan mancanegara (wisman), dimana tahun ini mentargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019.
 
Menpar Arief Yahya menerangkan bahwa destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial, dan nge-hits di Instagram. Generasi milenial atau lebih populer Kids Zaman Now sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah instagramable.
 
"Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 Destinasi Digital di 34 provinsi di Tanah Air. Digital destination menjadi tuntutan di era digital dimana generasi milenial atau Kids Zaman Now adalah sebagai konsumen yang paling haus akan pengalaman (experience) dibanding generasi-generasi sebelumnya," terangnya.
 
 
Hasil survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman (experience) ketimbang barang (material goods). 
 
Menpar Arief Yahya mengakui nomadic tourism sebagai solusi dalam mengatasi keterbasan unsur 3 A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam glamp camp, home pod, dan caravan. Sedangkan sebagai  aksesibilitasnya adalah sea plane dengan mudah membawa wisatawan dari pulau ke pulau, di Indonesia jumlah pulau mencapai 17 ribu lebih. 
 
 
"Nomadic tourism untuk sementara akan difokuskan pada 10 destinasi prioritas atau ‘Bali Baru’, dengan memanfaatkan 4 destinasi sebagai pilot project yakni Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur," ular Menpar Arief Yahya. 
 
Nomadic Tourism, sambung Menpar Arief Yahya, memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena treatmet-nya juga relatif mudah sehingga idealnya para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya karena  konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial. 
 
Seperti diketahui, di era zaman now jumlah backpacker di seluruh dunia mencapai 39,7 juta orang yang  terbagi dalam 3 kelompok besar;  Flashpacker atau digital nomad memiliki potensi sekitar 5 juta orang yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja.
 
Glampacker atau milenial nomad  mencapai 27 juta orang dengan mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable dan  Luxpacker atau Luxurious nomad  sebanyak 7,7 juta orang lebih suka mengembara untuk melupakan hiruk-pikuk aktivitas dunia.(BB).