Berkarya Dalam Keterbatasan, Penyandang Disabilitas Masih Minim Promosi

  12 November 2018 EKONOMI Klungkung

Baliberkarya.com

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Klungkung. Para penyandang disabilitas di Kabupaten Klungkung mendapatkan kesempatan untuk memamerkan keahliannya di utara Monumen Puputan Klungkung. Berlokasi di Sekretariat Daerah Pemerintah Klungkung, para disabilitas yang ada di Klungkung ini mendapatkan satu blok kios berbaur dengan dagang makanan di sebelahnya.

BACA JUGA : Polda Bali Berduka, Mantan Kapolres Karangasem 'Berpulang'

Dengan antusias para disabilitas yang mengalami tuna rungu menenun dan membuat jejahitan. Tempat yang disediakan oleh Pemkab Klungkung itu pun dimanfaatkan untuk menaruh berbagai hasil kerajinan. Sayangnya hingga saat ini penjualan hasil karya para disabilitas masih minim. Mengingat lokasi yang ditempati memang jarang dilalui oleh masyarakat mau pun wisatawan.

Minimnya promosi yang bisa dilakukan membuat kios yang sudah ditempati sejak Desember 2017 itu tidak ada perkembangan berarti. Terkait hal ini, Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ida Bagus Anom Adnyana mengakui keberadaan para disabilitas di Sekretariat memang belum diketahui masyarakat luas.

BACA JUGA : Ditinggal Ambil Handuk, Seorang Anak Tenggelam di Kolam Bella Kita

Untuk itu, pihaknya mempunyai inisiatif, untuk mengarahkan para pegawai Dinas Sosial untuk membeli peralatan upakara di tempat tersebut. “Mulai dari kita dulu untuk membelinya, apalagi dekat Galungan, minimal untuk peralatan penjor kita beli dari mereka,” jelas istri dari Ketut Suendra (54) yang juga mengalami disabilitas.

Ketua Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kabupaten Klungkung Ni Made Rai Mustika Wati (46) menyampaikan, khusus untuk Tuna Netra masih belum ada tempat di Sekretariat. Mengingat para disabilitas yang memiliki kemampuan memijat ini memerlukan ruangan tertutup untuk bekerja. Sementara ini, para tuna netra bekerja memijat dari satu rumah ke rumah yang lain.

“Pijat keliling istilahnya, karena di rumah tidak ada tempat. Jadi dari rumah ke rumah, sesuai panggilan,”bebernya.

BACA JUGA : Buka KSTD Bali, Koster Tegaskan 'Serius' Lestarikan Budaya Bali

Menurut Made Rai pijatan yang dapat ia lakukan meliputi refleksi, penyegaran dan pengobatan. Ia pun mengaku tidak mematok bayaran dalam menjalani profesinya. Untuk pijatan sampai tiga jam, ia kadang dibayar Rp 100 ribu kadang juga ada yang memberikan Rp 60 ribu. Menurutnya, berapapun bayarannya merupakan rejeki yang ia dapat untuk menyambung hidup.

“Kalau pasiennya pegal sekali bisa diambil sampai tiga jam, seikhlasnya saja terserah pasiennya,” kata wanita asal Banjar Sangging, Desa Kamasan, Klungkung itu. (BB)