Beresiko Besar Jika Buru-buru Dibuka, Jro Kayana Harap Pulau Bali "Diisolasi" Dulu 

  29 Mei 2020 SOSIAL & BUDAYA Bangli

Bandesa Adat Desa Adat Sala, Abuan, Bangli, Jro I Ketut Kayana. 

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Bangli. Setelah sebelumnya dicetuskan oleh Kelian Adat Desa Adat Yeh Sanih Buleleng, Jro I Made Sukresna atau yang akrab disapa Jro Cilik dan didukung oleh Bandesa Adat Desa Adat Sumber Sari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Jro I Wayan Adres, permohonan terhadap isolasi Pulau dan Provinsi di Indonesia termasuk didalamnya Pulau Bali kali ini datang dari Bandesa Adat Desa Adat Sala, Abuan, Bangli, Jro I Ketut Kayana. 

Bandesa Adat yang dikenal penuh dengan terobosan dan ide-ide segar bagi perkembangan Desa Adat ini, menceritakan bagaimana pahitnya pengalaman melakukan karantina atau isolasi akibat dari dugaan kasus reaktif yang beberapa waktu lalu sempat membuat heboh tidak hanya Bali namun juga secara nasional. 

"Kami memohon agar kasus kasus positif yang terjadi di Bali sebelumnya dapat menjadi pertimbangan penting bahwa ada faktor lain selain ekonomi yang harus dikedepankan, yaitu faktor keselamatan jiwa," ungkapnya. 

Menurut Jro Kayana, melihat kondisi wabah COVID-19 di propinsi lain di Indonesia belum menunjukkan tanda tanda menurun, penting agar dipertimbangkan upaya mencegah dengan melakukan isolasi terhadap seluruh pulau dan provinsi di Indonesia. 

Di tuturkan Jro Kayana, Bandesa Adat dan Prajuru di seluruh Desa Adat di Bali termasuk dirinya sendiri sudah merasakan kelelahan dan perjuangan yang luar biasa dalam melaksanakan berbagai upaya mengendalikan resiko langsung COVID-19 dan sekaligus penanganan dampak ikutan yakni dampak ekonomi yang terjadi dengan demikian luar biasa. 

"Kami mohon agar pengambil kebijakan sangat berhati-hati dalam memikirkan dan memastikan bahwa tidak ada resiko gelombang kedua yang ditimbulkan atas rencana membuka akses Bali maupun Pulau dan Provinsi lain di Indonesia" pintanya. 

Menurutnya, hendaknya proses normalisasi menuju New Normal Era, harus dilakukan secara bertahap dan melihat sejauh mana penurunan jumlah positif COVID-19 di Propinsi-Propinsi maupun Pulau di Indonesia secara merata. Melihat bahwa kesuksesan pengendalian di satu atau dua pulau, kemudian digunakan sebagai alasan untuk membuka akses keluar masuk yang lebih luas, tentu adalah sebuah kebijakan yang beresiko besar. 

"Kita semua berdoa, semoga tidak terjadi ancaman gelombang kedua wabah COVID 19, jika kebijakan yang diambil memiliki resiko yang tinggi,"paparnya. 

Sebelumnya, Jro Made Sukresna, Kelian Adat Desa Adat Yeh Sanih juga dengan tegas dan lantang mengusulkan agar dilakukan isolasi pulau-pulau atau provinsi di Indonesia. Bagi Pulau Bali sendiri, isolasi ini akan membuat pekerjaan besar siang-malam dengan semangat "ngayah" yakni bekerja iklas tanpa pamrih dan tanpa upah menjadi tidak sia-sia. 

Membuka akses masuk dan keluar Bali, sama saja membiarkan resiko besar penularan antar pulau atau provinsi mengingat Provinsi lain yang menjadi penyangga Pulau Bali seperti Jawa Timur, NTB, serta Provinsi yang cenderung memiliki potensi besar berkunjung ke Bali seperti Jakarta, Makasar dan Medan sedang berkutat dengan peningkatan jumlah positif COVID 19 yang signifikan. 

"Perputaran ekonomi maksimalkan agar terjadi di internal Provinsi terlebih dahulu, apalagi kondisi di luar negeri dan luar Bali sendiri belum mendukung terjadinya interaksi dan aktivitas ekonomi yang bermanfaat siginifikan bagi Bali,"jelasnya. 

Pemilik Cilik Beach & Garden Villas ini menerangkan bahwa, kondisi Bali yang ditopang oleh industri pariwisata sangat bergantung pada kepercayaan bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Negara-negara yang asal turis seperti Amerika dan Eropa sendiri masih bergulat dengan pandemi dan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk bisa membalikkan keadaan dan kembali mengirimkan turis berkunjung ke Bali. 

"Hal yang sangat fatal bagi Bali adalah jika kemudian, saat uji coba membuka akses ke Bali, terjadi wabah Gelombang Kedua, hal ini akan memperpanjang upaya untuk mengembalikan kepercayaan kepada Bali yang sampai saat ini sudah cukup sukses dalam mengendalikan wabah COVID 19 berbasis Desa Adat, disinilah poin yang harus dipahami semua pihak,"imbuhnya. 

Hal senada juga disampaikan oleh Jro I Wayan Adres, Bandesa Adat Desa Adat Sumber Sari yang berbatasan langsung dengan Pelabuhan Gilimanuk tersebut juga mendukung dan menyambut baik usulan Isolasi Pulau dan Provinsi di Indonesia termasuk isolasi Pulau Bali. 

Menurutnya, wacana yang disampaikan oleh Kelian Adat Desa Adat Yeh Sanih untuk mundur selangkah, untuk mempersiapkan diri maju berlari di masa depan adalah langkah paling tepat. 

"Titiang Bandesa Adat lan Prajuru yang merasakan bagaimana siang dan malam kita ngayah, tanpa pamrih dan upah melaksanakan intruksi pemerintah dalam menjaga Bali berbasis Desa Adat, berharap agar perjuangan kami tidak sia-sia,"tegasnya. 

Senada dengan Jro Made Sukresna, menurut Jro Wayan Adres, perputaran ekonomi bisa dimaksimalkan terjadi di dalam provinsi sendiri. Hal ini akan bermanfaat dari  2 sisi, yakni ekonomi tetap berjalan, namun faktor keselamatan tetap diindahkan.(BB).