Dialog dengan Penyuluh Agama

Agama Jangan Dipakai Saling Merendahkan, Menag Saifuddin: Perbedaan Itu Kehendak Tuhan

  23 Februari 2019 OPINI Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Saat bertatap muka dengan 1.200 lebih penyuluh agama se Bali, Menteri Agama RI H. Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan jika agama itu seharusnya bukan membuat orang lain menjauh dari kita. Bukan juga mengkotak-kotakkan kita yang memang hakekatnya majemuk, beragam dan berbeda-beda ini. 
 
 
"Justeru karena berbeda maka harus bersatu, harus ada kebersamaan di antara kita. Bukan lalu kemudian malah membuat friksi-friksi dan terpisah-pisah," ucap Menag Saifuddin dalam dialog dan tatap muka itu yang juga dihadiri Wagub Bali Cok Ace dan Kakanwil Agama Prov. Bali I Nyoman Lastra,M.Ag. di lapangan Renon, Sabtu (23/2/2019).
 
Dalam dialog dan tatap muka yang bertajuk “Sapa bersama Menag H. Lukman Saifuddin dan Gubernur Bali: Penguatan Tiga Matra Kementerian Agama untuk Memperteguh Moderasi Beragama Menjaga Umat Integrasi Data Kebersamaan”, Menag Saifuddin menegaskan bahwa karakter agama tidak seperti itu. Pasalnya, sebesar, sekeras, setajam apapun perbedaan antarkita, perbedaan pemikiran, perbedaan tata cara menjalankan ritual keagamaan, bahkan perbedaan keimanan, sesungguhnya perbedaan ini adalah kehendakNya.
 
"Itu semua kehendak Tuhan dan justru karena itulah kebersamaan itu kebutuhan. Saya berharap para penyuluh agama agar mampu terus menjaga dan memelihara sekaligus merawat, menyebarkan agama sebagaimana yang diwariskan oleh para pendahulu-pendahulu kita," harap Menag Saifuddin. 
 
 
Untuk itu, Menag Saifuddin juga berharap agar semua umat lebih mengedepankan rasa syukur, bersyukur bisa hidup di negara yang oleh dunia dikenal sebagai negara dan bangsa yang sangat religius. 
 
 
"Kita bisa hidup seperti sekarang, bebas menjalankan ibadah memeluk, menjalankan ajaran agama yang kita perlu ada toleransi, ada persaudaraan antarkita yang seperti ini. Meskipun ada kasus-kasus tertentu, kita bangsa Indonesia harus syukuri kondisi kita yang luar biasa ini yang dunia sangat mengapresiasi dan mengaguminya,"ajaknya. 
 
Kondisi ini, lanjut Menag Saifuddin bukanlah datang begitu saja dari langit ke atas muka bumi. Hal itu adalah buah hasil dari benih-benih yang ditanam oleh para pendahulu, para orang-orang tua, para leluhur kita sebagai cara mereka menebarkan esensi ajaran agama, substansi ajaran agama yang memanusiakan manusia. 
 
"Bukan sebaliknya agama digunakan sebagai alat yang justru antar sesama umat saling merendahkan harkat, derajat, martabat kemanusiaan kita," terangnya.
 
Tak lupa, Menag Saifuddin juga mengajak semua umat untuk mensyukuri hal ini dengan dengan dua cara, pertama yakni jaga dan pelihara warisan yang baik ini yang telah diwariskan oleh para pendahulu kita. Kedua, cara mensyukuri yakni tidak cukup hanya menjaga dan memelihara tapi juga dituntut untuk mengembangkannya sesuai dengan konteks kekinian.
 
 
 
"Maka dari sekarang harus dipersiapkan bentuk-bentuk, nilai dan metode cara penyampaian agama seperti apa, yang tentu nanti pun juga akan kita wariskan kepada generasi yang akan datang," jelasnya.
 
Dalam kesempatan ini, sejumlah penyuluh agama meminta agar nasib mereka ke depannya bisa ditingkatkan. Seperti disampaikan penyuluh agama dari Buleleng yang berharap honor mereka bisa mengikuti UMR serta diberikan kendaraan untuk memudahkan tugas di lapangan. "Kami juga berharap bisa jadi PNS," harap Agus Nova.
 
Sementara Wagub Bali Cok. Ace menanggapi harapan tersebut mengatakan akan menyampaikan ke Gubernur Bali Wayan Koster. Sedangkan, Kakanwil Depag Bali I Nyoman Lastra dalam laporannya mengatakan jumlah penyuluh agama baru 1.207 dan jumlah itu masih belum ideal dibandingkan jumlah desa pakraman yang seluruhnya sebanyak 1.700.(BB).