Setelah Kausus Sapi Mati Mendadak, Kini Giliran Babi Mengalami Kasus yang Sama di Sawe

  04 Mei 2023 PERISTIWA Jembrana

Ket poto: Ternak babi milik peternak dari Banjar Sawe yang mati mendadak di pagi hari

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com – Jembrana. Setelah kejadian 2 ekor ternak sapi yang masih hamil mati mendadak beberapa hari yang lalu, kini warga Banjar Sawe kembali dihebohkan kematian secara mendadak ternak babi sebanyak 1 ekor, warga juga mengaku dalam 2 bulan ini sudah 5 ekor ternak babi warga mati.

Saat dikonfirmasi pemilik ternak babi yang sekaligus sebagai Kelian Subak Banjar Sawe Ida Bagus Putu Suliksa mengatakan, sebenarnya ternaknya sehat tidak ditemukan gejala-gejala sakit sebelumnya. "Tadi malam sebelum tidur saya cek masih sehat, akan tetapi pagi tadi saya cek ternyata sudah mati, disini saya bingung pada hal babi saya sehat sebelumnya," terangnya. Kamis (4/5/2023).

Ia mengaku, memelihara babi betina sebanyak 5 ekor, dan semua sudah menghasilkan, dan kini masih 4 ekor. Dirinya juga mengaku kejadian tersebut sudah dilaporkan ke Petugas Pendamping Lapangan Desa Batuagung (PPL). “Karena kasian di taman saya minta petunjuk ke petugas PPL apa boleh dipotong, dan petugas juga memperbolehkan dipotong asal nanti masak daging agar dimatangkan,” jelasnya.

Sementara Petugas dari Dinas Pertanian dan Pangan Pemkab Jembrana Bidang Kesehatan Hewan (Keswan) dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet), drh. Gede Adi Adnyana membenarkan adanya babi yang mati di Banjar Sawe. Menurutnya setelah di investigasi babi tersebut mengarah ke penyakit kolera. “Tadi petugas di kecamatan sudah melakukan investigasi babi yang mati tyersebut mengarah ke penyakit kolera. Memang sekarang pas penyakit kolera,” ujarnya.

Saat disinggung bahwa babi tersebut telah dipotong oleh pemiliknya, Adi mengaku, bahwa penyakit kolera tidak menular ke manusia, hanya virusnya akan menyebar ke ternak ke babi miliknya yang lain. “Tidak apa dipotong hanya nanti dagingnya harus dimasak lebih matang. Warga juga harus tahu karena babi tersebut terkena penyakit kolera, daging yang dibagikan ke warga juga bisa mengancam ternak babi lainnya,” ucapnya.

Terkait adanya kasus babi terkena penyakit kolera dirinya menghimbau agar masyarakat memvaksin ternak babinya agar terhindar dari penyakit kolera tersebut. “Selama ini masyarakat tidak pernah ada yang memaksin kolera, pada hal dari dulu kita sudah menyediakan vaksin tersebut. Masyarakat tidak pernah mau memvaksin, karena mereka berpikir ternaknya sehat ngapain disuntik begitulah pola mainsetnya. Perlu diingat kolera tidak bisa diobati, kalau sudah kena lambat laun pelan-pelan babi tersebut akan mati,” ungkapnya.

Lebih jelasnya Adi mengatakan, memang penyakit tersebut penyebarannya tidak begitu ganas seperti tahun 1995 yang pernah dialami peternak babi di Jembrana. “Kami menyarankan mulai saat ini agar peternak babi di Jembrana agar memvaksin babinya agar terhindar dari penyakit kolera ini. “Tandasnya.

Terkait hasil lab pemeriksaan  sapi yang mati di Banjar Sawe, Adi menjelaskan, hasilnya belum keluar. Pemeriksaan sapi tersebut beda dengan kasus rabies. “Di sapi itu ujinya berbeda karena banyak organnya diambil dan memerlukan waktu lebih panjang. Mudah-mudah seminggu ataudua minggu hasing sudah ada. Itu hjasilnya masih dalam proses. Kami juga sangat ingin tahu apasih yang terjadi disana, karena dalam waktu seblun sudah 11 ekor sapi yang mati,” pungkasnya.  (BB)