Wagub Minta Rekanan RS Mata Bali Mandara dan RS Bali Mandara Antisipasi Keterlambatan Pengerjaan

  17 Juni 2016 PERISTIWA Denpasar

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Pembangunan fisik RS Mata Bali Mandara per 19 Juni 2016 yang ditarget 21 %, baru terealisasi 18,47 %, sehingga terdapat keterlambatan pengerjaan sebesar 3% yang harus dikebut hingga target yang ditentukan pada batas waktunya bisa tercapai.
 
Keterlambatan realisasi dikhawatirkan jika terjadi terus-menerus bisa mempengaruhi citra kinerja rekanan. 
 
“Oleh karena itu, sebagai antisasipasi para rekanan harus segera menambah sumber daya manusia (SDM) yang dipekerjakan, maupun material yang dibutuhkan,” pinta Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat meninjau pembangunan RS Mata Bali Mandara Jl. Angsoka Denpasar, Kamis (16/6/2016).
 
“Target sampai minggu ini kan 21%, kalau realisasi per hari ini baru 18,47 berarti ada minus 3% yang harus dikejar. Nanti hari minggu saya akan cek lagi kesini, jika masih terjadi harus ditambah tenaga kerja dan materialnya, biar bisa terpenuhi. Kalau terus-terusan begini nanti akan mempengaruhi kinerja rekanan sendiri,” cetus Sudikerta.
 
Percepatan pengerjaan juga dimaksudkan untuk mengantisipasi jelang Hari Raya Idul Fitri, yang tentunya akan mengurangi volume pengerjaan karena terkendala banyaknya tenaga kerja yang libur, karena mayoritas tenaga kerja merupakan umat muslim.
 
Alih tenaga kerja, dengan penambahan tenaga kerja lokal pun diharapkan menjadi pertimbangan rekanan sehingga pengerjaan tetap bisa berjalan saat hari raya.
 
Secara umum, Wagub Sudikerta menilai, pembangunan fisik gedung RS Mata Bali Mandara sudah lumayan bagus.
 
Sedikit perhatian ditujukan pada bagian finishing sudut-sudut bangunan agar sama rata dengan dinding, aspek jalan yang awalnya direncanakan berbahan aspal diganti dengan paving agar terlihat lebih indah, penggunaan pintu kaca otomatis pada bagian UGD, serta tak luput aspek niskala pada pembangunan merajan diharapkan sesuai dengan estetika agar bisa memberikan vibrasi positif bagi lingkungan RS.
 
Penekanan kualitas fisik bangunan pun diharapkan dapat dijaga oleh rekanan.
 
Tak hanya himbauan kepada pihak rekanan, Wagub Sudikerta juga mengharapkan kerja yang maksimal dari konsultan pengawas.
 
Setiap detail pembangunan diharapkan dapat diawasi dengan baik, agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran yang menyalahi spesifikasi, konsultan pengawas juga diharapkan bisa mengambil tindakan tegas.
 
“Kalau ada pelanggaran konsultan pengawas harus tegas, tidak segan-segan untuk megambil tindakan. Kalau terus-terusan melanggar nanti bisa dikeluarkan SP1, SP2 dan seterusnya hingga bisa dikenakan pinalti, tapi saya tidak berharap itu terjadi,” imbuh Sudikerta.
 
Secara teknis, peninjauan tata letak, fungsi, dan peruntukan bangunan RS tersebut dijelaskan oleh Direktur RS Mata Bali Mandara Provinsi Bali, dr. Made Yuniti dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali, Nyoman Astawa Riadi.
 
Setelah melakukan peninjauan RS Mata Bali Mandara, Sudikerta  kemudian langsung meninjau pembangunan RS Bali Mandara yang terletak di Jl. By Pass Ngurah Rai, Sanur, Denpasar.
 
Dalam kesempatan tersebut, Sudikerta meminta kepada semua pihak baik rekanan maupun konsultan untuk lebih teliti lagi terhadap celah-celah pada bagian dinding atau tembok agar tidak ada celah bagi semut atau yang sejenisnya bisa masuk keruangan pasien.
 
Mengingat tanah tempat dibangunnya RS Bali Mandara merupakan resapan air dan juga bekas lokasi pembuangan sampah.
 
Tak hanya itu, orang nomor dua di Bali tersebut juga meminta kepada Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali, dr Gede Bagus Darmayasa, yang kebetulan ditunjuk untuk membantu mengawasi pembangunan RS Bali Mandara untuk lebih cepat menyediakan peralatan medisnya.
 
Pengerjaan RS Bali Mandara hingga saat ini telah mencapai 65% dan diperkirakan pembangunan fisiknya selesai pada bulan September tahun ini. 
 
Rumah sakit andalan Pemprov Bali ini telah melalui perencanaan yang sangat matang dengan anggaran sekitar Rp 300 milyar lebih meliputi Rp 100 milyar perlengkapan dasar rumah sakit, interior Rp 8 milyar dan fisik Rp 200 milyar. (bb)