Saraswati sebagai Hari Gerakan Belajar Hindu

  11 Mei 2019 OPINI Denpasar

GNW for Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Saraswati yang diperingati setiap enam bulan oleh masyarakat Hindu Bali sebenarnya merupakan sebuah momentun guna menggelorakan suatu gerakan belajar. Momentum untuk tetap ingat akan pentingnya ilmu pengetahuan. Karena itu ilmu pengetahuan harus bisa dipelajari dan diterapkan oleh manusia  demi menyejahterakan diri dan masyarakat seutuhnya.
 
 
Sebuah ilmu pengetahuan itu bisa berupa materi dan non materi, yang tampak dan tak tampak. Itulah yang lazim disebut skala jnana dan niskala jnana. Keduanya harus dipelajari dengan tekun dan kerja keras karena tidak mudah diperoleh. Baik skala jnana maupun niskala jnana itu seolah-olah diturunkan langsung oleh Tuhan atas kemurahan hati-Nya. Tetapi, sekali lagi, harus dipahami bahwa ilmu pengetahuan itu diusahakan secara serius oleh manusia melalui proses belajar dan praktik secara terus menerus tanpa kenal lelah, bukan melalui upacara. 
 
Dalam kehidupan beragama dewasa ini, peringatan hari raya Saraswati, baru sebatas merayakan, mengingatkan diri untuk terus belajar setiap saat, setiap hari.  Di titik ini, kita dihadapkan pada sebuah sebuah petuah lama, jika boleh direnungkan.  "De ngaden awak bisa, depang anake ngadanin, geginane buka nyampat, anak sai tumbuh luhu’’. Artinya manusia harus terus belajar, jangan sombong dan selalu rendah hati dan rajin, ibarat menyapu setiap hari, karena kekotoran itu terus ada.
 
 
 
Jangan sampai masyarakat Hindu lupa akan filosofi belajar yang tak kenal lelah tersebut. Bahkan dengan mengusung dada untuk melupakan filosofi rendah hati dan menyombongkan diri.  Filosofi depang anake ngadanin bukan berarti rendah diri, takut muncul di depan yang mengakibatkan orang Bali kalah dalam persaingan.  Filosofi depang anake ngadanin berarti tetap rendah hati, ibarat padi berisi yang selalu merunduk tersebut. 
 
Mengapa orang Bali kalah dalam persaingan? Biasanya karena kurang pengalaman dan penguasaan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan masyarakat, dunia usaha atau dunia praktis. Karena itu makna hari Saraswati perlu digali,  dan terutama diimplementasikan dalam dunia nyata dan dunia kerja. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia ibarat hewan. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia tidak akan bisa meningkatkan taraf hidupnya sesuai desakan zaman untuk hidup lebih sejahtera dan lebih bijaksana.
 
 
 
Semua itu hanya bisa diusahakan oleh manusia yang mau terus belajar, teori dan praktik. Tanpa belajar, mustahil Tuhan mau menurunkan ilmunya. Hari Saraswati mengingatkan manusia agar terus dan terus belajar tanpa kenal lelah. Belajar sampai akhir hayat.(BB)
 
 
Oleh: Dr. Ir Gede Ngurah Wididana, M.Agr
 
Alumnus IHDN Denpasar & Universitas Ryukyu Okinawa, Jepang