Pilgub 2018 Jangan Lagi “Head to Head”. Ini Argumennya!

  26 Desember 2016 PERISTIWA Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Denpasar. Pemilihan Gubernur Bali 2013 lalu memunculkan dua kelompok yang saling berhadapan dalam masyarakat. Suasana sangat tegang. Masyarakat terbelah antara yang mendukung pasangan calon (paslon) Made Mangku Pastika – Ketut Sudikerta dan yang mendukung AA Ngurah Puspayoga – Dewa Nyoman Sukrawan. Pada Pilgub Bali 2013 lalu memang terjadi head to head antara paslon Made Mangku Pastika – Ketut Sudikerta melawan AA Ngurah Puspayoga – Dewan Nyoman Sukrawan.
 
Mantan Ketua KPU Bali, Dr. Ketut Sukawati Lanang Perbawa, berharap, dalam Pilgub Bali tahun 2018 nanti tidak terulang kembali head to head. Ketika berbicara dalam Diskusi Akhir Tahun “Refleksi 2016, Prediksi 2017” yang dilaksanakan Forum Diskusi Peduli Bali (FDPB) dan Asosiasi Media Online (AMO) Bali di Warung Kubu Kopi, Senin (26/12/2016), Lanang mengatakan terlalu besar risikonya jika dalam Pilgub Bali 2018 terjadi head to head.
 
Dikatakan, jika dalam Pilgub Bali 2018 nanti terjadi head to head, masyarakat Bali akan terbelah menjadi dua kelompok yang saling berhadapan. Pelaksanaan perhelatan demokrasi tersebut akan terasa sangat tegang. Bukan hanya masyarakat, media massa pun menurut Lanang juga akan terbelah.
 
Menurut Lanang, melihat perolehan suara dalam Pileg 2014 lalu, setidak ada tiga pasangan calon yang muncul. Yakno PDI Perjuangan bisa mengusung sendiri, Partai Golkar juga bisa mengusung paslon sendiri. Sedangkan satu lagi bisa diusung oleh gabungan partai politik yang memiliki kursi di DPRD Provinsi Bali, seperti Partai Demokrat, Partai Gerindra, PAN, Partai Nasdem, PKPI, dan Hanura.
 
Selain itu, paslon bisa dimunculkan lewat jalur perseorangan. Menurutnya, jika banyak paslon yang maju, masyarakat memiliki alternatif pilihan. (BB).