Ngeri! Preman Jepang 'Yakuza' Kini Beralih ke 'Bisnis Emas Gelap'

  07 Juni 2017 PERISTIWA International

Baliberkarya.com/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Internasional. Serangkaian perampokan dan penyelundupan di Jepang Selatan menunjukkan bahwa kawasan tersebut kini menjadi sarang Yakuza berbisnis emas gelap yang menggiurkan, tulis Deutsche Welle.
 
Pada 1 Juni lalu, petugas penjaga pantai Jepang naik ke kapal nelayan di Kyushu, Jepang Selatan, mencurigai kapal nelayan yang justru tidak membawa peralatan penangkap ikan. Ada lima warga negara Jepang, tiga warga negara China beserta koper plastik besar dan berat di kapal ini.
 
Ketika koper tersebut dibuka, ada 2016 emas batangan masing-masing berukuran panjang 11 cm, lebar 5 cm dan tebal 2 cm. Setelah diuji di laboratorium bea dan cukai di Kota Moji, emas murni batangan itu bernilai sekitar 1 miliar yen atau sekitar Rp121,5 miliar.
 
 
Penangkapan tunggal ini merupakan penyelundupan emas terbesar di perairan Jepang. Namun, para pakar penyelundupan menengarai ini semacam puncak gunung es, karena kelompok-kelompok Yakuza kini mengalami tekanan berat dari kepolisian, sehingga mereka harus banting setir ke kejahatan baru yang lebih menguntungkan.
 
Dahulu, Yakuza mendapatkan penghasilan sebagian besar dari pemerasan dan uang perlindungan, namun undang-undang baru berhasil memotong aliran pendapatan 'jatah preman' mereka. Kini mereka mencari cara baru mencari nafkah, dan melirik peluang bisnis 'emas gelap'.
 
Sejumlah kasus besar yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir mendukung asumsi 'banting setirnya' gerombolan Yakuza. Pada April lalu, terjadi perampokan siang bolong di kota Fukuoka yang berhasil menggasak duit bernilai 364 juta yen atau sekitar Rp44,2 miliar dan menjadi rekor perampokan terbesar keempat di Jepang sejak Perang Dunia II.
 
 
Insiden ini terjadi pada 18 April saat seorang eksekutif muda (berusia 29 tahun yang bekerja pada perusahaan perdagangan emas di Tokyo keluar dari bank setelah menarik uang yang kemudian disimpan di dalam koper hitam.
 
Para penyerang menyemprotkan semacam gas air mata ke wajah pria itu saat dia bersiap untuk masuk ke mobilnya sebelum meloloskan diri dengan minivan Honda putih.
 
Polisi langsung melakukan penyisiran ke seluruh wilayah Kyushu serta menahan empat warga Korea Selatan di Bandara Fukuoka karena mereka membawa uang tunai sebesar 735 juta yen Rp89,3 miliar di bagasi mereka.
 
Mereka didakwa melanggar undang-undang kepabeanan yang mengharuskan seseorang yang membawa uang tunai lebih dari 1 juta yen harus melaporkannya. Polisi menduga mungkin kasus ini berkaitan atau tidak dengan perampokan di Fukuoka, karena belum dapat dibuktikan.
 
Kepolisian Jepang menolak angggapan bahwa Kyushu yang secara geografis dekat dengan Korea Selatan, China,Taiwan dan Hong Kong kini menjadi pusat penyelundupan emas ke Jepang.(BB/inilah).