Cegah Konflik, Pastika Ajak Umat Beragama Jauhi Keserakahan dan Kebencian

  26 Desember 2016 PERISTIWA Denpasar

baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com - Denpasar. Gubernur Bali Made Mangku Pastika menyebut ada dua sifat manusia yang menjadi sumber penderitaan, masalah dan konflik dalam kehidupan bermasyarakat yaitu keserakahan dan kebencian. Oleh sebab itu, dia mengajak seluruh umat beragama menjauhi dua sifat tersebut. Penegasan itu disampaikannya saat menghadiri Perayaan 40 Tahun Sangha Theravada Indonesia (STI) di Panggung Terbuka Ardha Candra Taman Budaya Denpasar, Minggu (25/12/2016).                      
 
Pastika menuturkan, ajaran mengenai sumber penderitaan itu ia peroleh dari seorang bhikku terkemuka Bhante Pannavaro Mahathera. "Ajaran itu saya pedomani dan jadikan pegangan hidup hingga saat ini," ujarnya. Lebih jauh Pastika menyitir ajaran Bhante Pannavaro, keserakahan membuat seseorang ingin memonopoli kebenaran dan memperoleh sesuatu melebihi kebutuhan serta keperluannya. 
 
"Keserakahan membuat seseorang merasa ajarannya paling baik dan paling benar," imbuh dia. Sedangkan kebencian, jika dipelihara akan beranak pinak menjadi amarah, iri, dendam dan sombong. Masalah dan konflik akan muncul jika manusia tak bisa menjauhi dua sifat itu. Pastika menilai, konflik bernuansa agama yang muncul belakangan ini dipicu oleh keserakahan dan kebencian.
 
Guna menghindari dua sifat tersebut, dia berharap perayaan 40 Tahun STI menjadi momentum bagi seluruh Umat Budha untuk mengaktualisasikan ajaran Sang Budha yang berlaku universal yaitu welas asih.
 
Pada bagian lain, Pastika juga mengingatkan STI sebagai lembaga yang mewadahi para pemuka Agama Budha senantiasa mengedepankan semangat inklusif. Para bhikku diharapkan mampu  mengarahkan umatnya menjauhi sikap eksklusivisme  karena berpotensi memantik konflik dan membuat sebuah lembaga atau kelompok tertentu jauh dari lingkungan sosial. "Tetaplah terbuka namun tetap selektif," imbuhnya.
 
Lebih dari itu, dia juga meminta para bhikku membimbing umat agar menguatkan semangat toleransi, kerjasama, saling menghargai dan mengasihi. Bermodal semangat tersebut, Pastika meyakini setiap persoalan yang muncul akan dapat dikelola dengan baik dan tak sampai menimbulkan konflik.
 
Dalam kesempatan itu, dia juga menyampaikan selamat atas perayaan 40 tahun STI. Dia ingin ke depannya lembaga ini makin eksis melakukan pembinaan bagi umat dan mengambil peran aktif dalam pembangunan, khususnya bidang keagamaan.
 
Sementara itu, Ketua Panitia Perayaan 40 Tahun STI Pandita Madya Sudiarta Indrajaya menyampaikan terima kasih atas kehadiran Gubernur Pastika. Serangkaian Perayaan 40 Tahun STI, umat budha di Bali telah melakukan serangkaian kegiatan antara lain donor darah, penanaman 500 bibit pohon kelapa dan pemberian sedekah untuk para bhikku. 
 
Dalam kesempatan itu, Pandita Madya Sudiarta Indrajaya juga meminta umat budha tetap membangun semangat saling mengasihi dan saling menghormati demi terciptanya kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. "Hal ini sesuai dengan tema perayaan yang kita angkat yaitu Karuna Santi Hening Karta, menebar kasih membangun kedamaian," pungkasnya.
 
Perayaan 40 Tahun STI juga diisi dengan pelepasan burung merpati dan doa untuk keselamatan bangsa dan negara. Perayaan 40 Tahun STI dihadiri pula oleh Danrem 163/Wirasatya Kolonel Inf. I Nyoman Cantiasa, para bhikku dari sejumlah daerah dan manca negara serta Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali Ida I Dewa Ngurah Suasta dan perwakilan PHDI. (BB).