Batal di Bali Utara Bandara Minta Dibangun di Jembrana, Tak Mungkin ?

  05 Maret 2018 OPINI Jembrana

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Jembrana. Kabar dibatalkannya pembangunan bandar udara di Bali Utara, sangat disayangkan oleh berbagai lapisan masyarakat. 
 
Terlebih rencana pembangunan bandara tersebut telah dikumandangkan sejak lama, apalagi saat ini Bali sangat memerlukan bandar udara baru.
 
Terkait hal itu, sejumlah komponen masyarakat Jembrana yang sebelumnya getol memperjuangkan agar pembangunan bandara diwujudkan di kawasan Persil, Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, kini kembali memperjuangkannya setelah pembangunan gagal di Bali Utara.
 
Masyarakat Jembrana berharap, jika memang pembangunan bandar udara batal di Bali Utara, hendaknya dibangun di Jembrana. Mengingat saat ini Bali sangat memerlukan bandar udara baru. Pasalnya Bandar Udara Ngurah Rai, Tuban saat ini sudah tidak mampu melayani penerbangan internasional yang kian meningkat.
 
keterangan : desain bandara di Buleleng yang direncanakan oleh PT.BIBU
 
 
“Dulu sebelum diputuskan pembangunan bandara baru di Bali Utara, kami sangat getol memperjuangkan agar bandara di bangun di Jembrana karena Jembrana punya lahan yang memadai. Tapi karena ditunjuk Bali Utara, kami menerimannya. Tapi karena sekarang batal di Bali Utara, kami kembali memperjuangkannya agar dibangun di Jembrana,” terang Ketua LSM Forum Komunikasi Masyarakat Jembrana (FKMJ) Nengah Ridja, Senin (5/3/2018).
 
Lanjutnya, Jembrana nilai daerah yang tepat untuk pembangunan bandar udara lantaran Jembrana memiliki lahan yang sangat luas, bahkan melebihi luas yang dibutuhkan untuk pembangunan bandara.
 
 
Lahan tersebut menurutnya ada di Persil, Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana. Lahan ribuan hektar tersebut lanjut Ridja merupakan tanah milik Provinsi dan saat ini dikelola oleh Perusda Provinsi dan dikontrakan untuk tanaman karet.
 
Karena itulah pihaknya mengharapkan pembangunan bandar udara baru bisa diwujudkan di Jembrana demi kemajuan Jembrana dan Bali. Tentunya, pembangunan bandar udara itu dibarengi dengan pembangunan infrastuktur jalan dan lainnya.
 
“Dulu sewaktu eranya pak Winasa kan sudah ada kajian pembangunan bandara di Jembrana. Sekarang tinggal memperjuangkannya,” tutupnya.
 
Terkait hal itu, Ketua Komisi III DPRD Bali I Nengah Tamba yang dikonfirmasi mengatakan, Bandar udara alternatif tidak akan mungkin bisa diwujudkan di Jembrana. Mengingat tidak ada kordinat dan membahayakan bagi penerbangan.
 
 
Menurutnya sudah berdasarkan kajian dan penelitian dari tim ahli. Kawasan Persil di Desa Pekutatan, Kecamatan Pekutatan, Jembrana menurutnya cocok untuk City Agriculture dan memiliki konsep kedepan yakni Clean, Green and Smart.
 
“Lokasi Persil di Desa Pekutatan kordinatnya tidak dapat untuk bandara akan bertabrakan dengan landing dan take off bandara Ngurah Rai. Jadi tidak bisa dibangun di Jembrana,” terangnya, Senin (5/3/2018).
 
 
Lanjutnya, awalnya dari hasil site evaluation, ada enam lokasi pembangunan bandara, yakni di wilayah Singaraja, meliputi Kubutambahan, Celukan Bawang, Gerokgak dan Dawan Sukadana, serta di Jembrana. Kemudian wilayah ini diasastmen dan hasilnya yang dianggap paling tepat dan aman untuk pembangunan bandara adalah Kubutambahan (lepas pantai).
 
Dipilihnya Kubutambahan sebagai wilayah yang paling tepat untuk bandara karena telah memenuhi berbagai persyaratan, diantaranya populasi penduduk, persawahan atau lahan subur, Pura, Situs, tempat suci lainnya, Obstacle (hambatan keselamatan penerbangan), Ruang udara dan Aksesibilitas.(BB)