‎Koster Sebut Demo "Adah Bedag", Gendo: Penghinaan Terhadap Gerakan Rakyat

  22 April 2018 OPINI Denpasar

ilustrasi nett

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Pernyataan Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster dalam orasinya di depan para pendukungnya yang berapi-api menyindir Gendo dan urusan rencana Reklamasi Teluk Benoa bisa diselesaikannya seorang diri, akhirnya ditanggapi Wayan Suardana atau Gendo selaku pentolan pejuang demo tolak reklamasi Teluk Benoa.
 
 
Terkait komentar Koster bahwa dia sendiri bisa menyelesaikan masalah reklamasi Teluk Benoa tanpa membutuhkan uluran tangan pihak lain, Gendo menyampaikan tiga buah pandangannya. Pertama, kata Gendo, Koster tidak bisa berempati dan tidak bisa menghargai gerakan yang selama 5 tahun sudah diperjuangkan masyarakat Bali. 
 
 
Menurut Gendo, Ketua DPD PDIP Bali itu dinilai tidak peka pada initimidasi dan kriminalisasi berbagai liga demi menyelamatkan Teluk Benoa. 
 
"Saat itu di DPR RI malah diam. Dia lupa, kalau bukan karena gerakan rakyat dengan berbagai cara termasuk demo mungkin Teluk Benoa sudah direklamasi. Kalau sudah direklamasi apa gunanya dia koar-koar seperti sekarang ini?" ucapnya. 
 
 
Kedua, lanjut Gendo, peryataan Koster dinilai sebagai penghinaan terhadap gerakan rakyat dan terhadap aspirasi rakyat. "Ini bukanlah sikap yang baik bagi calon pemimpin Bali. Sikap yang hampir serupa dia pernah lakukan pada tahun 2015 saat rakyat berjuang dia menyatakan di sebuah media bahwa reklamasi bukan lagi urusan PDIP," tegasnya. 
 
 
Sementara, yang ketiga, sambung Gendo, jika benar Koster bisa menyelesaikan urusan reklamasi sendiri kenapa selama dia duduk sebagai DPR RI dia diam?. Baginya, justru penyataan Koster yang menyatakan bisa menyelesikan sendiri bila terpilih sebagai gubernur bagi Gendo merupakan pernyataan yang pamrih. 
 
 
"Kalau memang bisa sendiri kan harusnya rakyat ngak perlu bersusah payah berjuang. Dapat ditafsirkan bahwa dia mau berjuang untuk menghentikan upaya reklamasi Teluk Benoa kalau terpilih jadi gubernur. Pamrih banget," sentil Gendo. 
 
Gendo mengakui ada perbedaan mendasar antara perjuangan Forbali dengan Koster. "Kami bergerak dengan tulus. Tidak ada keinginan mencari jabatan bahkan kami mengorbankan harta kami demi Teluk Benoa. Kami bergerak walaupun nyawa kami taruhannya," pungkasnya.(BB).