Ratusan Tahun Terkubur, Jro Wayan Kulit Diaben dengan Kaul Lembu Emas

  21 Agustus 2016 PERISTIWA Klungkung

baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Klungkung. Ada yang unik saat Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta menghadiri upacara Ngaben Masal di Nusa Penida. Salah satu sawa yang sudah ratusan tahun terkubur bernama Jro Wayan Kulit diaben dengan kaul "Lembu Emas".

Mendengar keanehan tersebut, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta bersama Nyonya Ayu Suwirta didampingi Kabag Humas Protokol.I Wayan Parna, Camat Nusa Penida I Gusti Agung Putra Mahajaya melayat ke Banjar Minggir, Desa Pekraman Ketapang Paibon Klod Desa Batununggul Jumat (19/8/2016) malam. Di lokasi acara pengabenan unik tersebut berlangsung. kedatangan rombongan disambut Ketua Panitia Karya Ketut Suartina.

Ketut Suartina dihadapan rombongan Bupati Nyoman Suwirta menuturkan, Sebelum ditemukan kuburan Jro Wayan Kulit tidak satupun warga sekitar tahu bahwa tempat tersebut adalah kuburannya. Karena, pada waktu itu tidak ada setra umum melainkan dikuburkan di Tegalan atau bahasa Nusa Penida "Mel". Tegalan tersebut ditandai sebuah batu kecil, saat diolah warga untuk bercocok tanam, satupun palawija atau tanaman lain yang ditanam disekitar kuburan, bisa hidup.

Lebih lanjut Ketut Suartina menuturkan, melihat keanehan tersebut, namun tak satupun petani yang berkebun ditempat itu mempunyai firasat bahwa tempat tegalan tersebut ada sebuah kuburan. Aura mistik terasa kental ketika setilap orang memasuki tegalan, bulu kuduk berdiri dan keanehan lainnya. Lambat laun mimpi aneh diarasakan warga Minggir, kegelisahan tersebut disampaikan para tetua (pelingsir).

Kegelisahan yang dirasakan warga, kata Ketut Suartina, kami bersama keluarga mencari orang pintar untuk mengetahui kejelasan apa yang sedang terjadi di Br.Minggir. Tidak cukup sampai disana kepastian akhirnya terungkap ketika kami bersama keluarga menayakan kepada Ida Pandita Dukuh Acahrya Daksa, dari Geria Dukuh Samiaga, Penatih, Denpasar. Beliau memberikan jalan ada seuatu yang tidak beres disana. Panjang lebar berutur, ada leluhur yang belum diaben ratusan tahun.

Sepulang dari Denpasar, Ketut Suartina menyampaikan hasil pertemuan dengan Ida Pandita Dukuh Acharya Daksa. Hasil pertemuan tersebut mengacu pada sumber yang terkait berupa lontar. Tahun 2013, ada rencana ngaben masal menyertakan Jro Wayan Kulit, tapi banyak kendala yang dihadapi. Alih-alih ternyata leluhur kami tidak mau ngaben bersama dengan yang lainya. Baru tahun 2016, dengan perencanaan yang matang upacara ngaben Jro Wayan Kulit bisadigelar, dipuput langsung Ida Pandita Dukuh Acharya Daksa.

Dari cerita menanyakan pada orang pintar, ternyata bila saatnya dilaksanakan Upacara Ngaben prati sentananya membayar kaul, Jro Wayan Kulit dibayar dengan kaul "blayag awakul". Petulangan berupa lembu emas.Pemikiran para leluhur kami bahwa blayag yang dimaksud merupakan lidah manusia.

Kemudian setelah minta petunjuk kepada Sulinggih Ida Dukuh Acarya Daksa, blayag awakul yg diminta, bisa diganti dengan banten pemegat lan saur suara dan kunyit yang dibungkus emas sebanyak awakul.Kemudian untuk lembu emas, didalam lembu berisi ikatan kawat emas sebanyak 5 titik, tanduk dan sudut"nya berisi emas dengan total 130gr emas pripian. "Kami berharap melalui upacara ngaben lelehur kami dapat tempat yang baik mudah-mudahan perti sentani diberikan jalan yang baik dan rahayu, " harap Ketut Suartina.

Bupati Nyoman Suwirta yang hadir saat ity mengatakan piutang kepada leluhur harus dibayar, karena berkatnya kita bisa hidup. Mudah-mudahan dipersembahkan jalan mulus dan labda karya, dan prati sentananya diberikan berkah untuk melanjutkan kehidupan ini.

Kisah perjalanan leluhur Banjar Minggir bernama Jro Wayan Kulit, seperti diceritakan Ketut Suartina berawal dari ratusan tahun berlalu hijrah ke Banjar Minggir karena berselisih paham dengan saudaranya. Perselisihan ini memicu gejolak emosi tidak bisa dibendung, Jro Wayan Kulit memutuskan pindah dari asalnya Metaki berjalan mengarah ke timur, hingga sampai disebuah desa ujung selatan Desa Batununggul bernama Banjar Minggir.

Sampai sejuah ini Jro Wayan Kulit belum bisa dipastikan meninggalnya hanya saja mempekirakan terlihat dari bukti saat menggali kuburan terdapat taring babi, kerang, cawan klasik anehnya lagi giginya masih utuh sempurna, kepala menghadap ke barat menoleh selatan. Keempat saudara Jro Wayan Kulit antara lainnnya bernama Papak Badeng, Dendeng Merah dan Sapi Ayam.(BB)