International Coastal Cleanup 2019

Bersih Pantai di Mertasari, Setengah Ton lebih Sampah Terangkut. Paling Banyak Puntung Rokok

  10 Mei 2019 SOSIAL & BUDAYA Denpasar

Baliberkarya

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Denpasar. Dalam rangka International Coastal Cleanup (Bersih Pantai Internasional), Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut kembali memberi dukungan melalui Gerakan Bersih Pantai dan Laut yang merupakan bagian dari Gerakan Cinta Laut “GITA Laut”. 
 
 
Sebelummya Ditjen Pengelolaan Ruang Laut ikut mendukung International Coastal Cleanup pada tahun 2018 di Pantai Padang Galak. Kegiatan ini juga merupakan kerjasama dengan Ocean Conservancy dan Brestling SA dan juga bentuk dukungan pada acara Bali Surfing Pro Competion. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan aksi nyata dalam membebaskan laut dari sampah, terutama sampah plastik.
 
Demikian disampaikan oleh Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhammad Yusuf.
 
“Pencemaran dari sampah plastik menjadi ancaman serius terutama di laut. Sampah yang masuk ke laut tidak hanya berasal dari daratan, namun juga berasal dari pelayaran di laut, pulau-pulau kecil, hingga yang terbawa arus," ungkapnya Jumat (10/5) di Pantai Mertasari, Sanur, Denpasar.
 
Ket Foto : Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Ditjen Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Muhammad Yusuf.
 
Menurutnya hingga saat ini, lebih dari 250juta km2 wilayah lautan terdampak pencemaran dan Indonesia saat ini menyumbang sampah plastik hingga 1.29 juta metrik ton/tahun ke lautan. Walaupun sampah yang didapati di laut bermacam-macam, namun sampah plastik yang berada di lautan saat ini mendominasi sebagai jenis yang paling banyak ditemukan. Pada 2050 diduga akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan di laut.
 
 
“Sudah banyak kerugian yang ditimbulkan dari banyaknya sampah di laut terutama yang terjadi pada biota laut. Salah satunya kematian paus di Wakatobi dengan berbagai jenis produk dengan material plastik seberat 5.9 kg dan kematian Penyu di Pulau Pari karena sampah yang masuk dari sungai-sungai di Jakarta”, tambah Yusuf. 
 
Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik lalu masuk kelautan akan mengalami proses pelapukan sehingga menjadi mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir. Selain itu mikro plastik dan nano plastik ini dapat termakan oleh ikan dan plankton Selanjutnya, produktivitas perikanan dapat menurun dan implikasi dari mikroplastik bisa masuk ke jejaring makanan (food-web) yang akhirnya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia. Tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem laut, dampak negatif dari sampah di laut dapat menurunkan pariwisata hingga 1-5% dan pada kondisi teburuk mencapai 8,4%-25,8%.
 
 
Sebagai bentuk solusi, beberapa konsep yang sedang dikembangkan terkait pengelolaan sampah adalah 5R, yaitu : 1) Re-Think atau perubahan mindset masyarakat bahwa laut bukan ”keranjang sampah”, sehingga perlu penyadaran masyarakat dan edukasi; 2) Refuse, gerakan hentikan penggunaan plastik sekali-pakai (single-use plastic); berupa penolakan penggunaan tas plastik kresek, sedotan, streofoam, dan jenis-jenis plastik sekali-pakai lainnya; 3) Reduce, mengurangi jumlah penggunaan plastik; 4) Reuse, dengan menggunakan plastik beberapa kali pakai dan 5) Recycle, merubah plastik yang masuk ke laut (ocean bound plastic) ini menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis.
 
Kegiatan Gerakan Bersih Pantai dan Laut merupakan program KKP yang telah diselenggarakan sejak tahun 2002 dan terus berlangsung di tiap tahunnya, dan saat ini menjadi bagian dari National Plan of Action pengendalian sampah plastik yang masuk ke laut, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No.83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. 
 
 
Menurutnya, pemerintah tidak bisa melakukan sendiri, perlu kerjasama dengan LSM, dunia usaha, dan keterlibatan lembaga pendanaan dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir dan laut kita, serta dikerjakan masyarakat itu sendiri. Menjaga sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga harus menjadi tanggung jawab bersama.
 
 
“Seluruh elemen harus terlibat dalam menjaga mulai dari pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat termasuk generasi muda. "Laut Adalah Masa Depan Bangsa’. Bukan sekedar slogan saja tetapi harus kita wujudkan melalui Kedaulatan, Keberlanjutan, Kesejahteraan di sektor Kelautan dan Perikanan," pungkas Yusuf.
 
Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh 643 relawan dari instansi-instansi pemerintah dan organisasi-organisasi penggiat lingkungan nasional dan internasional.
 
Hasilnya sekitar 532,94 kg sampah berhasil dikumpulkan dengan menggunakan 6 truk sampah diangkut ke TPA Suwung. Yang mencengangkan menurut informasi di lokasi, sampah puntung rokok banyak ditemukan.(BB)