Agung Bharata Tutup BIFS di Samuan Tiga

  22 Agustus 2016 PERISTIWA Gianyar

Baliberkarya/ist

IKUTI BALIBERKARYA.COM LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Baliberkarya.com-Gianyar. Pergelaran Bali Internship Field School (BIFS) tahun 2016 yang diikuti enam negara dari Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan Indonesia ditutup secara resmi di Gedung Mandala Pura Samuan Tiga, Senin (22/8/2016). Dari catatan para peneliti subak, muncul gagasan untuk melestarikan subak dalam keterkaitannya dengan bidang pariwisata.
 
 
Ketua Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) Catrini Kubontubuh mengatakan, BIFS tahun kedua digelar dengan maksud mengintegrasikan pelbagai hasil penelitian tentang subak, yang sudah dilakukan selama 20 tahun oleh Universitas Udayana. Selama 4 hari pelaksanaanya, BIFS melakukan pelbagai kegiatan, diantaranya kunjungan ke lapangan, berdiskusi dengan pemangku kepentingan, baik petani, praktisi di sektor pariwisata dan kebudayaan.”Penelitian ini memikirkan tentang bagaimana subak berkontribusi terhadap pariwasata, dan sebaliknya,”kata dia.
 
 
Catrini menerangkan, upaya pelestarian subak sangat penting dimaksimalkan. Tinggal bagaimana, pemerintah daerah, maupun pelaku bisnis atau investor memikirkan formula terbaik untuk menjaga anugrah alam tersebut. Tidak hanya mengekploitasi dengan mengatasnamakan pembangunan, namun bagaimana Pemkab mampu mewujudkan pariwisata yang ramah lingkungan.”Kajiannya harus berdasarkan budaya, sehingga wisatawan yang datang nanti lebih paham tentang arti subak,”ujarnya.
 
 
Terkait alih fungsi lahan yang tetap menjadi momok bagi petani hingga kini, Catrini berharap ke depannya, anggota organisasi subak  dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan. Jangan tiba – tiba lahan yang semula merupakan sawah berubah menjadi hotel atau villa.”Sebaiknya akomodasi saran dan masukan dari pengurus subak setempat sebelum menyelesaikan izin pembangunan disana,”ucapnya.
 
 
“Kami harap penduduk setempat tidak hanya menjadi objek. Namun menjadi subjek yang ikut berperan dalam pelestarian alam setempat. Contohnya kegiatan trekking, dan edukasi, warga setempat dapat ditunjuk untuk menjadi pemandu terhadap wisatawan yang datang untuk belajar tentang subak. Bukan sekedar ber-selfie ria, namun, turis paham akan sistem kerja, beserta pilosopi subak yang berlandaskan Tri Hita Karana,”tutur Catrini.
 
 
Bupati Gianyar Anak Agung Bharata menyatakan dukungan penuh terhadap pergelaran BIFS. Hal tersebut sangat bermanfaat dalam memberi ilmu tentang bagaimana cara menjaga kelestarian subak, agar tetap bertahan di tengah perkembangan modern.”Saya harap BIFS dapat rutin digelar setiap tahunnya,”kata dia.(BB)